Liputan6.com, Jakarta "Bang, belok sini. Nanti kalau ketemu simpang, abang belok kanan. Jangan ke kiri. Kalau ke kiri nanti abang masuk hutan dan di sana banyak hantunya bang.”
Seorang bocah kecil berkain sarung memanggul kitab suci menjelaskan arah ke tempat tujuan saya malam itu. Beberapa bocah seusianya tertawa terbahak ketika mendengarkan penjelasan dari temannya yang tak fasih berbahasa Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Sebenarnya, saya nyasar malam itu. Hujan gerimis masih turun sedari siang. Hawa sejuk masih terus memeluk tubuh ini tanpa henti. Tersesat di sebuah desa yang cukup pelosok dan berpenerangan minim bukanlah hal yang bagus. Beberapa pohon asam jawa berdiri rimbun sepanjang jalan. Kiri dan kanan jalan terhampar pelataran sawah yang luas yang seolah tak berujung. Hanya ada satu dua sepeda motor yang lalu lalang.
Sepanjang perjalanan, saya sudah merasa aneh. Terlebih lagi ketika Zaki, mengajak saya dan keluarga untuk mencoba merasakan masakan khas Aceh besar. Bebek Kuntilanak. Begitulah namanya. Sebuah nama yang tak lazim dan cukup menyeramkan. Rasa penasaran bercampur lapar memaksa saya untuk tetap meneruskan perjalanan yang berliku dan cukup jauh dari pusat kota Banda Aceh.
Cerita selengkapnya bisa Anda baca di sini
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.