Pelemahan Dolar Dorong Bursa AS Menguat

Pedagang mengkaitkan penguatan pasar saham dipicu kenaikan harga minyak dan pelemahan dolar AS.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Jun 2016, 04:30 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), dengan indeks Dow berakhir di atas 18.000 untuk pertama kalinya sejak April. Pelemahan dolar mengangkat beberapa saham yang berhubungan dengan komoditas dan mendorong prospek bagi perusahaan multinasional.

Melansir laman CNBC, indeks Dow Jones Industrial Average naik 72 poin atau 0,40 persen ke posisi 18.010. Sedangkan indeks S&P 500 naik 8 poin atau 0,38 persen menjadi 2.120. Dan indeks indeks komposit Nasdaq naik 17 poin atau 0,35 persen ke level 4.979.

"Mungkin investor berharap dan melihat peluang adanya pertumbuhan pendapatan dan laba," kata Jack Ablin, Kepala Investasi BMO Private Bank.

Pedagang mengkaitkan penguatan pasar saham dipicu kenaikan harga minyak dan pelemahan dolar AS. Indeks dolar AS diperdagangkan sekitar 0,2 persen lebih rendah, dengan euro mendekati US$ 1,14 dan yen sekitar ¥ 107 terhadap greenback.

Sementara harga minyak berjangka AS ditutup naik 87 sen atau 1,73 persen ke posisi US$ 51,23 per barel.

Saham bahan material memimpin pada indeks S&P 500. Sementara Dow Jones Industrial mencoba bertahan di atas level psikologis 18.000 dengan UnitedHealth memberikan kontribusi paling besar.

Dow diperdagangkan di atas level tersebut pada Selasa untuk pertama kalinya sejak akhir April tetapi kemudian gagal mencapainya di akhir perdagangan.

Dow kemudian diperdagangkan lebih dari 1 persen pada hari ini dan meraih keuntungan lebih dari 5 persen untuk tahun ini sejauh ini.

"Mungkin itu karena kenaikan harga minyak," kata Peter Boockvar, Kepala Analis Pasar Lindsey Group.

Menjelang pembukaan pasar sebenarnya Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi 2,4 persen dari perkiraan 2,9 persen pada Januari.

"Para investor sudah tahu permintaan global sudah berkurang dan tidak yang kuat, tapi mereka berharap The Fed dan bank sentral akan berbuat salah ddan akhirnya ekonomi akan menendang. Tapi itu harapan besar," jelas Adam Sarhan, CEO Sarhan Capital.


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya