Liputan6.com, Jakarta - Perang, instabilitas politik, dan terorisme telah menyeret dunia dalam situasi 'mencekam' -- jauh dari rasa aman. Lalu lintas wisatawan dunia tak lagi sebebas dulu, sejumlah tempat bersejarah bahkan telah dikuasai kelompok bersenjata dan sebagian lainnya marak dengan aksi kekerasan.
Pada 2016 penurunan situasi damai dunia cukup signifikan. Pasalnya, Timur Tengah dan Afrika yang dulunya diklaim sebagai wilayah paling aman kini berubah jadi 'medan perang' setelah konflik regional tak berkesudahan melanda dua jazirah itu.
Baca Juga
Advertisement
Laporan Organisasi Institute for Economics and Peace (IEP) memperingatkan, aksi kekerasan global yang meningkat pada 2016 telah mendatangkan dampak yang cukup besar dari sisi ekonomi, yaitu US$ 13,6 triliun. Jumlah ini setara dengan 13 persen produk bruto dunia atau senilai dengan 11 kali Investasi Langsung Luar Negeri (FDI).
Tanda lain bahwa konflik meluas hampir di berbagai belahan dunia adalah melonjaknya jumlah pengungsi yang cukup signifikan selama satu dekade terakhir. Diperkirakan terdapat 60 juta orang yang mengungsi akibat konflik sepanjang 2007 - 2016. Angka fantastis ini hampir mendekati satu persen populasi dunia.
Laporan yang sama menunjukkan antara 2015 - 2016, terdapat 81 negara yang suasana damainya meningkat, sementara keamanan pada 79 negara lainnya memburuk. Ini menunjukkan perdamaian global menurun pada tingkat yang lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.
Negara-negara Nordik -- Denmark, Finlandia, Islandia, Swedia, Norwegia dan Aland Island dan Faroe Island -- berada di puncak daftar negara-negara yang paling aman di dunia. Terletak di Eropa Utara, negara-negara tersebut secara konsisten 'terbebas' dari zona konflik, instabilitas politik, dan terorisme.
Islandia yang beribu kota di Reykjavik duduk di peringkat pertama pada 2016 sebagai negara paling aman di dunia. Sementara Denmark berada di peringkat kedua dan Austria menyusul di posisi berikutnya.
New Zealand dan Portugal berturut-turut menyusul posisi sebagai negara dengan tingkat kedamaian tertinggi di dunia menurut IEP.
Timur Tengah dan Afrika sebelumnya adalah kawasan yang damai, setidaknya seperti yang disebutkan dalam sebuah laporan pada 2015 lalu. Namun kini, dua kawasan itu didera konflik regional yang intensif.
Perang sipil di Suriah dan Yaman dilaporkan semakin parah sejak tahun lalu -- sehingga meningkatkan intervensi pihak luar.
Krisis politik di Yaman yang telah berlangsung sejak lama pecah menjadi perang saudara pada awal 2015 lalu -- ini menyumbangkan kemerosotan besar dalam menurunnya kedamaian di kawasan, di mana jumlah serangan teroris, pengungsi, dan korban meningkat.
Menurut laporan itu, jika melihat secara umum dengan mengabaikan kondisi Timur Tengah dan Afrika maka tingkat perdamaian dunia rata-rata meningkat.
Sejumlah negara yang saat ini dilanda konflik seperti Suriah, Ukraina, dan Sudan Selatan bukannya tidak pernah berada dalam situasi damai. Selama periode 2011 hingga 2016, ketiga negara ini masuk kategori aman sebelum akhirnya konflik meletus dan membalikkan keadaan.
Sejumlah negara seperti Sri Lanka, Bhutan, dan Georgia berhasil mempertahankan posisi mereka sebagai negara penuh damai dalam beberapa tahun terakhir.
Pendiri dan Ketua Eksekutif IEP, Steve Killelea, mengatakan, konflik internal di Timur Tengah dan Afrika telah mengakar sehingga menyebabkan tingginya campur tangan pihak asing. Potensi untuk perang proksi pun meningkat.
"Ini sudah terbukti di Suriah dengan konflik yang terjadi antara rezim Assad dan beberapa aktor non-negara (kelompok militan bersenjata) dan sekarang menular ke negara-negara lain seperti Yaman.
Ada konflik proksi yang lebih luas antara Arab Saudi dan Iran, di mana Amerika Serikat (AS) dan Rusia telah meningkatkan keterlibatan mereka," imbuhnya.