Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menerbitkan surat utang berdenominasi Euro atau Euro Bond. Dari target meraup dana segar 3 miliar Euro, total permintaan Euro Bond yang masuk mencapai 8,36 miliar Euro.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, permintaan investor terhadap surat utang dalam mata uang Euro Bond yang dilelang pemerintah Indonesia baru-baru ini mendapat respons positif dari para investor.
“Karena kami melihat permintaan pasar lagi bagus, kita up size. Kita kan tidak tahu 6 bulan ke depan ada kejadian apa lagi di Amerika, terutama The Fed. Jadi mumpung demand lagi tinggi,” ujar dia singkat di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan RisikoKemenkeu,RobertPakpahan saat ditemui di acara Penandatanganan Perjanjian 6 ProyekInfrastuktur Strategis, mengungkapkan, pemerintah melelangEuro Bond senilai 3 miliareuro.
Baca Juga
Advertisement
Rinciannya, Euro Bond dengan tenor 7 tahun dan 12 tahun yang masing-masing dijatah 1,5 miliar euro. Pemerintah menawarkan imbal hasil atau yield 2,772 persen untuk tenor 7 tahun dan yield tenor 12 tahun sebesar 3,906 persen.
“Dari transaksi tadi pukul 7 malam waktu London, total book order Euro Bond mencapai 8,36 miliar euro. Untuk tenor 7 tahun, permintaan sampai 4,23 miliar euro dan 4,13 miliar euro untuk tenor 12 tahun,” kata dia.
Menurut Robert, lelang Euro Bond tahun ini merupakan yang tertinggi dibanding pencapaian transaksi dua tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing kepada stabilitas perekonomian Indonesia.
“Kalau dibandingkan transaksi sebelumnya, ini rekor. Tahun lalu, kita terbitkan (issued) Euro Bond senilai 1,4 miliar Euro, dan pada 2014 pertama kalinya Euro Bond dirilis senilai 1 miliar euro. Dari 8,36 miliar euro, menunjukkan kredit (utang) Indonesia cukup kredibel sehingga menarik minat investor asing,” terang Robert.
Lebih jauh dijelaskannya, pemerintah menerbitkan surat utang dalam mata uang Euro untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan menambal defisit anggaran di APBN 2016. Porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam mata uang asing, sambung Robert, sebanyak 24 persen dari total penerbitan SBN gross, yakni berdenominasi dolar AS, Euro, dan Yen Jepang.
“Sebanyak 24 persen utang mata uang asing ini memang ada risiko kurs, tapi tingkat imbal hasil jauh lebih rendah dibanding penerbitan utang dalam Rupiah. Disitulah keseimbangannya. Kita terbitkan surat utang mata uang asing untuk memastikan investor asing supaya tidak selalu crowding out di pasar uang domestik,” tandasnya.