Amankan Stok Ramadan dan Lebaran, Bulog Impor 5.000 Ton Daging

Impor daging diperlukan untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Jun 2016, 13:01 WIB
Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog menargetkan daging impor yang masuk ke Indonesia mencapai 5.000 ton selama puasa hingga hari raya Idul Fitri nanti. Bulog sendiri mendapat jatah kuota impor 10 ribu ton sampai akhir 2016.

Direktur Komersial Perum Bulog Fadzri Sentosa mengatakan, impor daging diperlukan untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran. Meski begitu, pihaknya belum bisa memastikan harga daging turun sampai Rp 80 ribu per kg.

"Kami menambah pasokan harus lihat turun dulu. Kan trennya masih Alhamdulilah tidak naik, melandai. Berarti ada efek sedikit walaupun pasokan belum cuku‎p. Sekarang kami terus tambah supaya tren turun, kalau turun enak biasanya bergulir lebih cepat. Target kita Rp 80 ribu per kg," jelas dia di Pasar Rawamangun, Jakarta, Jumat (10/6/2016).

Dari kuota impor yang diberikan kepada Bulog baru terealisasi sebanyak 2.100 ton. Dari 2.100 ton, sebanyak 960 ton telah diedarkan ke pasar.

"Sampai hari kemarin 960 ton ke pasar. Tapi yang masuk ke Bulog 1.800 ton tambah 300 ton jadi 2.100 ton. Mudah-mudahan bisa lebih banyak lagi, masalahnya logistik. Kita ingin 10 ribu ton masuk. Kita lihat supply di Australia, kecepatan mereka pengiriman di sini," jelas dia.

Menurut Fadzri sebenarnya impor difokuskan untuk menurunkan harga daging sampai Lebaran. Dia mengatakan, selain untuk menurunkan harga daging di wilayah Jabodetabek, impor daging juga ditujukan untuk wilayah lain.

"Yang tinggi, ada indeksnya Jabodetabek, Bandung, Medan, Makassar, Palembang. Hari ini kirim juga Palangkaraya‎ karena tinggi, Banjarmasin, sampai Manado," tandas dia.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mencari alternatif lain untuk menekan harga daging sapi yang terpantau tinggi di pasaran. Langkah tersebut salah satunya ialah mempercepat waktu pemotongan sapi.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, ‎saat ini terdapat regulasi untuk sapi yang akan dipotong mesti memenuhi masa penggemukan empat bulan. Thomas mengatakan, regulasi itu membatasi pasokan daging di pasaran.

"Misalnya begini, ada peraturan peraturan tertentu yang membatasi pasokan daging. Misalnya sapi siap potong atau bakalan yang ada di feedlot itu ada aturan kalau belum melampaui masa penggemukan 4 bulan itu tidak boleh keluar," kata dia di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (10/9/2016).

Karena itu, Thomas mengatakan bakal melonggarkan sementara ketentuan tersebut. Dia mengatakan, itu diperlukan untuk menekan harga daging sapi.

‎"Mungkin sebagai tindakan sementara kita longgarkan peraturan itu. Jadi sapi bakalan belum mencapai 4 bulan di tingkat penggemukan mungkin bisa dilepas. Jadi deregulasi sementara lah," jelas dia.

Sementara itu dia menuturkan, impor merupakan jalan satu-satunya yang dtempuh pemerintah saat ini. Lantaran, harga daging sapi sudah terlampau tinggi di pasaran.

‎"Tentunya dengan menambah stok. Tadi bincang-bincang dengan beberapa pedagang mereka terimanya dari distributor sudah tinggi. Jadi untuk jangka pendek ada pilihan impor khususnya untuk memperkuat stok dan ketersediaan di pasar," tutur dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya