Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga pangan apalagi harga daging sapi menjelang puasa, saat bulan puasa dan menjelang hari raya adalah hal yang biasa dan setiap tahun terjadi. Sepertinya masalah klise ini seperti tidak pernah bisa disentuh dan dihapuskan.
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta tegas mengatakan bahwa semua itu adalah permainan harga oleh para kartel daging sapi. Permainan para kartel dalam mempermainkan harga, lanjut Oesman Sapta, sangat ‘biadab’ dan sangat tidak mau memperhatikan nasib rakyat kebanyakan.
Advertisement
“Pertanyaan besarnya adalah siapakah para kartel ini, berada dimana mereka begitu tenangnya mempermainkan harga?. Tersiar berita ada lima kartel yang sidah diketahui tapi tidak disebutkan namanya karena dikhawatirkan akan melarikan diri ke luar negeri. Apakah hanya lima ini saja yang diketahui, tidak masih banyak lagi dan sangat rapi,” katanya, dalam diskusi bertajuk ‘Dialektika Demokrasi, Presiden Jokowi dan Kartel Daging Sapi’, di Ruang Press room Parlemen, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Diutarakan Oesman Sapta, kartel ini sudah masuk kemana-mana bahkan ke lembaga-lembaga yang tidak disangka sekalipun. Kartel ini sangat luar biasa kejam. Presiden Joko Widodo sendiri sudah mencium ini hingga dengan tegas ia meminta agar harga daging sapi ditetapkan sebesar 80 ribu Rupiah.
“Permainan harga ini sangat menyakitkan rakyat sampai tembus 100 ribu lebih. Di Singapura hanya 60 sampai 65 ribu Rupiah perkilonya, padahal jaraknya sangat dekat dengan Indonesia. Taruhlah sampai Indonesia harganya menjadi 66 ribu atau 70 ribu masih pantas. Jadi jika Presiden meminta harga 80 ribu itu sangat wajar, menterinya yang mengurus hal itu harus cepat merealisasikan permintaan Presiden harus berpihak untuk rakyat, menteri jangan buang badan,” ujarnya.
Harga daging, lanjut Oesman Sapta sebenarnya tidak lebih dari US $ 4 perkilonya. Harga tersebut ditambahkan biaya masuk, biaya BBM, biaya transportasi dan biaya gudang, harganya bisa US $ 5 perkilo sekitar 60 ribuan perkilo. Permintaan Presiden dengan harga 80 ribu Rupiah perkilo menurut Oesman Sapta sangat masuk akal dan tidak membebani rakyat.
“Dengan harga 80 ribu saja sudah sangat untung, tapi dengan harga tembus sampai 120 ribu sampai 130 ribu Rupiah bisa dibayangkan keuntungan yang didapat para kartel-kartel itu. Ini benar-benar biadab, kartel biadab,” ketusnya.
Oesman Sapta mengajak elemen masyarakat terutama kalangan pers, agar memberikan informasi kepada masyarakat dengan benar. Rakyat harus tahu yang sebenarnya mengapa harga daging sangat tinggi.
“Ini bukan memprovokasi tapi memberikan kebenaran yang sebenar-benarnya kepada rakyat, biar mereka tahu bahwa pemain hargalah atau kartel yang membuat harga melambung seperti ini. Presiden sudah berupaya meminta agar harga daging rendah, untuk itu sekali lagi menteri yang berkompeten harus mengimplementasikan ini secara benar, semua untuk rakyat pada akhirnya,” tandasnya.
Diskusi Dialektika Demokrasi itu sendiri selain dihadiri oleh ratusan wartawan dari berbagai media nasional juga dihadiri juga Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PAN Viva Yoga Muladi dan anggota F-PPP DPR RI M.Iqbal.
(*)