Tidak Dibangunkan Sahur, Pengungsi di Jerman Membakar Kasur

Sudah cukup lama berlangsung pertikaian sesama penghuni di kamp pengungsi dalam bulan Ramadan ini.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 11 Jun 2016, 09:46 WIB
Sudah cukup lama berlangsung pertikaian sesama penghuni di kamp pengungsi dalam bulan Ramadan ini. (Sumber Ruptly via Daily Mail)

Liputan6.com, Dusseldorf - Sebuah kamp pengungsi di Jerman dibakar oleh beberapa pengungsi yang mengaku marah karena tidak dibangunkan untuk sahur Ramadan pada Selasa lalu.

Kobaran api itu cukup besar hingga meluluh lantak penampungan bagi 280 orang pengungsi yang terletak di Dusseldorf tersebut.

Dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (11/6/2016), petugas kedaruratan merawat 25 orang yang keracunan asap. Polisi kemudian melakukan penyidikan dugaan kesengajaan pembakaran setelah mendengar adanya kasur yang disiram cairan pemantik api. 

Menurut harian Express di Jerman, dua orang Maroko yang tinggal di sana menuduh petugas keamanan keturunan Iran 'sengaja' tidak membangunkan para pengungsi untuk sahur.

Para saksi mengatakan adanya ketegangan yang berlangsung cukup lama di fasilitas yang dijalankan oleh Palang Merah.

"Dalam masa Ramadan, ada satu kelompok yang ingin menjalankan puasa secara ketat dan ada satu kelompok yang bersikeras menuruti jadwal dan sajian yang biasa," kata Ralf Herrenbrueck, jurubicara pihak kejaksaan.

"Hal ini telah mengundang perselisihan dengan para petugas Palang Merah Jerman," kata Herrenbrueck melalui wawancara dengan siaran publik WDR.

"Bahkan sudah sampai ada ancaman-ancaman kalau tidak ada perubahan dan satu ancaman jelas sudah dilaksanakan".

Sudah cukup lama berlangsung pertikaian sesama penghuni di kamp pengungsi dalam bulan Ramadan ini.(Sumber Reuters via Daily Mail)

Sejak awal tahun ini, polisi sudah dipanggil 89 kali ke balai berukuran luas 6000 meter persegi yang dulunya merupakan bagian dari balai sidang kota tersebut, demikian menurut sejumlah laporan.

Pihak berwenang Jerman mengatakan dua orang Afrika Utara dicurigai memulai kobaran api dan kerusakan "terkait dengan pertikaian urusan makanan".

Polisi dan pihak kejaksaan mengatakan bahwa salah satu dari dua pria berusia 26 tahun itu terlihat menumpahkan cairan mudah terbakar pada sebuah kasur dan menyulutnya, sementara seorang lagi mengatakan kepada penghuni lain, "Kita harus melakukan sesuatu supaya ada perubahan".

Pihak penyidik mengatakan bahwa pertikaian soal makanan diduga mendahului kebakaran pada Selasa lalu. Sejumlah pengungsi yang tidak berpuasa mengeluhkan makan siang yang sedikit.

Sudah cukup lama berlangsung pertikaian sesama penghuni di kamp pengungsi dalam bulan Ramadan ini.(Sumber mopo.de)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya