Liputan6.com, Munich - Bayangkan sebuah pesawat yang bisa diisi tenaganya dari stopkontak, terbang dari halaman rumah Anda, dengan mesin elektrik yang sedemikian tenang sehingga tak mengganggu para tetangga.
Itu adalah moda transformasi udara yang menjadi visi Lilium, start-up yang didirikan oleh empat lulusan Munich University: Daniel Wiegand, Patrick Nathen, Sebastian Born, dan Matthias Meiner.
Perusahaan tersebut beroperasi di inkubator bisnis Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA).
Dalam rilis ESA, Wiegand menekankan manfaat praktis dan lingkungan dari konsep yang mereka ajukan.
Advertisement
"Tujuan kami adalah mengembangkan pesawat yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari," kata dia seperti dikutip dari CNN, Sabtu (11/6/2016). "Yang tidak membutuhkan infrastruktur bandara yang rumit dan mahal."
"Untuk mengurangi kebisingan dan polusi kami menggunakan mesin listrik sehingga bisa lepas landas dan mendarat di dekat pemukiman.
Konsep pesawat Lilium menggunakan mesin kipas, yang menurut para penggagasnya, lebih tenang daripada helikopter dan jet biasa.
Ukurannya yang kecil memungkinkan kapal terbang itu tak akan terikat jadwal mendarat dan terbang bandara. Sementara, baterainya bisa diisi menggunakan listrik rumahan -- tak membutuhkan bahan bakar avtur.
Meski demikian, konsep tersebut memiliki sejumlah kekurangan. Pesawat itu didesain hanya bisa terbang di cuaca yang baik pada siang hari.
Kapal terbang itu tak bakal bisa didaratkan di depan kelab malam yang penuh dengan antrean, misalnya.
Faktanya, pesawat tersebut dirancang menggunakan lapangan udara untuk pendaratan dan take off, meski ESA mengatakan, "tujuan akhirnya adalah bisa menerbangkannya secara vertikal di mana pun, bahkan dari halaman belakang rumah."
Pesawat Lilium memiliki 2 tempat duduk, mirip kategori Light Sports Aircraft -- yang pilotnya harus mendapatkan lisensi dan mengikuti latihan yang berdurasi 20 jam.
Meski harganya belum diumumkan, ESA mengatakan, pesawat Lilium lebih murah untuk dibeli dan dioperasionalkan daripada kapal terbang sejenisnya.
Prototipe konsep pesawat tersebut memiliki berat 25 kilogram. Sementara, versi tak berawak direncanakan keluar pada akhir tahun 2016.
"Dalam jangka panjang, target kami adalah untuk membuat pesawat yang tidak hanya mampu dibeli orang-orang superkaya, namun bisa menciptakan sistem transportasi udara privat yang bisa digunakan lebih banyak orang," kata Weigand.