Barometer Pekan Ini: Ali, Si Mulut Besar Pembela Islam

Tak sekedar perang urat syaraf, ucapan-ucapannya yang berima seperti pantun dengan makna menohok, menggenapi kecerdasan Ali saat beraksi.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Jun 2016, 19:39 WIB
Tak sekedar perang urat syaraf, ucapan-ucapannya yang berima seperti pantun dengan makna menohok, menggenapi kecerdasan Ali saat beraksi.

Liputan6.com, Jakarta - Legenda tinju dunia Muhammad Ali dikenang tak hanya karena kedigjayaannya di atas ring, tapi juga dari ucapannya yang terkesan sesumbar padahal pintar, hingga Ali bergelar si mulut besar. Ia terus membuat kejutan bagi dunia, seperti saat mengubah namanya menjadi Muhammad Ali dan memeluk Islam.

Terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Pada 17 Januari 1942, dia bukan hanya petinju luar biasa. Sejak awal kariernya, Ali dikenal sebagai sosok inspiratif sekaligus kontroversial namun berpengaruh, baik di dalam maupun di luar ring.

Sesumbar khas diantara laga tinjunya, membuat seluruh dunia sulit melupakan Muhammad Ali. Simak saja perkataannya, di momen bersejarah merebut gelar juara dunia kelas berat, dengan menang TKO atas Sonny Liston pada 25 Februari 1964 di usia 22 tahun. 

Tak sekedar perang urat syaraf, ucapan-ucapannya yang berima seperti pantun dengan makna menohok, menggenapi kecerdasan Ali saat beraksi menaklukan lawan dengan gaya khasnya, hit and run.

Seperti juga judul laga-laganya. Rrumble in The Jungle, saat Ali merebut kembali gelar juara kelas berat WBC dan WBA setelah menumbangkan George Foreman di Kinsasha, Zaire, 30 Oktober 1974.

Hingga Thrilla in Manila, Ali vs Fraizer. Ali menang TKO ronde 14 pada 1 Oktober 1975.

Ali juga dikenal dengan selera humornya yang tak terduga. Baik di dalam ring tinju. Begitu pula di luar arena.

Indonesia ternyata masuk dalam catatan bertinju Muhammad Ali. Dua kali Ali ke Jakarta.

Pertama di 20 Oktober 1973, Ali 'menyiksa' lawannya petinju asal Belanda, Rudie Lubbers selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta.

Ali kembali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 23 Oktober 1996, saat sudah pensiun bertinju. Dua puluh tahun kemudian, Ali berpulang.

Muhammad Ali meninggalkan banyak kenangan dan kontroversi selama hidupnya. Salah satunya tentu saja terkait keputusan "Si Mulut Besar" memeluk agama Islam dan mengganti namanya.

Sekitar tahun 1961, Ali mulai berkenalan dengan Islam lewat Kapten Sam, yang dikenalnya di sasana latihan tinju, yang mengajaknya mengikuti pertemuan Nation of Islam pimpinan Elijah Muhammad.

Ali juga bertemu Malcom X yang kemudian menjadi sahabat sekaligus guru spiritualnya.

Segera setelah mengalahkan Sonny Liston, Clay Jr, membuat kegegeran baru dengan menyatakan dirinya adalah muslim dan berganti nama menjadi Muhammad Ali.

Ali berhaji pada 1972. Atmosfer spiritual yang tak terlukiskan ia rasakan. Hati Ali tergetar saat menyadari jutaan orang dengan warna kulit dan ras berlainan, berbeda bangsa, tak peduli latar belakang, raja hingga orang-orang biasa dari negara miskin, semua berdoa kepada Allah dengan menanggalkan kesombongan maupun rasa rendah diri.

Sejak menjadi mualaf pada 1964, Muhammad Ali dikenal sebagai pembela Islam nomor satu di Amerika Serikat.

Hal itu nampak diantaranya saat Ali menolak ikut wajib militer ke Vietnam. Skorsing empat tahun dan pencabutan gelar juara dunia tak menyurutkan Ali menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dengan pondasi agama islam.

Saat dirinya sudah didera penyakit parkinson yang didiagnosis sejak tahun 1980, Muhammad Ali tak berhenti melakukan aksi kemanusiaan.

Termasuk membantu merundingkan pembebasan 14 sandera Amerika Serikat di Iraq ditahun 1990.

Ali bersuara tentang islam setelah serangan menara kembar di New York, 11 September 2002.

Terakhir, Ali bereaksi atas komentar berbau rasis kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump. Ali memandang pelarangan untuk kalangan muslim masuk Amerika Serikat adalah suatu bentuk upaya untuk menjauhkan orang dari Islam dan ajarannya.

Dunia begitu kehilangan, saat Ali dinyatakan meninggal dunia 3 Juni 2016 di usia 74 tahun.

Itulah sosok Muhammad Ali yang menginspirasi kita saat ini, sosok yang meyakini kesuksesan sejati datang ketika kita bangkit dari kegagalan, yang menunjukkan pada kita iman abadi dan kasih sejati.

Dinukil dari esai Obama di tahun 2010, “Apa Arti Muhammad Ali untuk Saya”

Saksikan ulasan selengkapnya dalam Barometer Pekan Ini edisi Sabtu (11/6/2016), di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya