Liputan6.com, Bengkulu Tengah - Pascabentrok berdarah di lokasi pertambangan batu bara bawah tanah atau underground di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu pada Sabtu siang kemarin, Bupati Ferry Ramli secara resmi menghentikan operasional perusahaan tersebut.
"Untuk menghindari konflik berkepanjangan, aktivitas pertambangan bawah tanah yang dikelola PT CBS secara resmi saya hentikan," ujar Ferry di Bengkulu, Minggu (12/6/2016).
Unjuk rasa penolakan pertambangan sistem underground di Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah, kemarin mengakibatkan empat warga mengalami luka tembak, bahkan satu warga yang terkena di bagian perut terpaksa menjalani operasi di RSUD M Yunus, Bengkulu.
Guna mengantisipasi meluasnya bentrok berkepanjangan, Bupati Bengkulu Tengah, Ferry Ramli bersama Gubernur Ridwan Mukti dan Kapolda Brigjend Pol M Ghufron langsung meninjau lokasi rumah korban di kecamatan Merigi Sakti, guna meredam emosi warga.
Setelah melakukan rapat bersama, akhirnya bupati menutup pertambangan milik PT CBS tersebut sesuai permintaan warga di dua kecamatan yang terkena dampak pertambangan sistem underground tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, bupati juga akan menjamin semua biaya pengobatan bagi korban yang tertembak termasuk biaya operasi korban Martha Dinata.
Mengenai tertembaknya empat warga saat mencoba masuk ke lokasi pertambangan, Kapolda Bengkulu Brigjen Pol M Ghufron mengatakan, polisi telah melakukan standar penanganan unjuk rasa, menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk menghalau warga.
"Untuk korban yang tertembak di bagian perut dan diduga tembus ke belakang, itu menggunakan peluru karet, karena peluru karet dengan jarak 2 hingga 5 meter juga dapat menembus tubuh manusia," ujar Ghuffron.
Namun menurut Kapolda, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter yang melakukan operasi terhadap korban terkait penyebab luka yang dialami korban.