Liputan6.com, Jakarta - Matahari mulai beranjak naik ke atas kepala, terik matahari membakar tubuh Eddy Haryono yang asyik menyapu pinggir jalan MT Haryono. Keringat pun tak kuasa untuk tak keluar di sekitaran pelipis, namun itu tak membuatnya tak berpuasa.
Bagi pria berusia 52 tahun ini tak ada alasan untuk membatalkan puasa, terlebih dikerjakan bersama delapan temannya dari pasukan oranye atau pasukan Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Kelurahan Cawang Jakarta Timur.
Advertisement
"Memang haus dan panas, namun harus konsekuen dengan pekerjaan. Kalau sudah mulai lemas ya istirahat sebentar. Jika seperti itu Insya Allah tidak jebol," tutur Eddy ditemui saat menyapu pinggir jalan depan BNN, Cawang, Jakarta Timur.
Eddy bersama rekan satu tim pasukan oranye hari itu mendapat tugas membersihkan jalan mulai depan Universitas Kristen Indonesia (UKI) hingga sekitaran Dewi Sartika. Bukan hanya menyapu yang menjadi pekerjaan mereka, juga membersihkan got dari sampah, agar tak lagi banjir.
Eddy tak sendiri, temannya Ujang, pun berpuasa. Ujang mengaku tak masalah menjalankan puasa saat bekerjamengandalkan fisik di bawah terik matahari.
"Pasti capek, tapi kan nggak ada kerja yang nggak capek. Yang penting sahur cukup lalu minum air hangat banyak," tutur Ujang yang tak menghentikan kegiatannya menyapu saat berbincang dengan Health-Liputan6.com.
Kepala tim pasukan oranye ini, John, menuturkan bulan puasa tidak ada perubahan jam kerja. Mereka bekerja mulai pukul 07.00 hingga 15.00 WIB. Namun memang pada saat bulan puasa sedikit luwes, bisa kurang dari jam tersebut jika sudah selesai mengerjakan tugas.
Mengenai tugas tim pasukan oranye, juga tidak ada perubahan. Setiap hari tim ini akan diberi tugas pada malam atau subuh untuk mengerjakan pekerjaannya di wilayah yang ditunjuk.
"Semangat tim ini bagus, termasuk pas bulan puasa. Karena kami menanamkan pada teman-teman rasa memiliki. Ini kan wilayahnya sendiri di Kelurahan Cawang ini," tandas John.