Liputan6.com, Jakarta - Sepekan puasa, harga daging sapi di Pasar Palmerah, Jakarta Barat enggan beranjak turun, masih Rp 120 ribu per Kilogram (Kg). Harga jual tersebut sesuai dengan tingginya harga karkas sapi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebesar Rp 87 ribu per Kilonya.
Dari pantauan Liputan6.com di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Senin (13/6/2016), daging sapi masih dijual seharga Rp 120 ribu per Kg, belum beranjak turun dari seminggu lalu.
Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Palmerah, Mustafa (43) mengungkapkan, harga daging sapi tetap mahal karena harga jual karkas dari rumah penjagaan hewan di Cakung sebesar Rp 87 ribu per Kg. Padahal sapi-sapi hidup ini berasal dari Australia, yang digemukan di Indonesia.
"Itu Rp 87 ribu masih dalam bentuk karkas, masih ada tulangnya, belum dibersihin atau dipisahkan dari lemak, dan lainnya. Jadi kalau dijual di bawah Rp 120 ribu, kita yang nombok, bisa jebol modalnya," kata Mustafa saat berbincang dengan Liputan6.com.
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, permasalahan harga daging sapi yang tetap mahal karena harga sapi hidup yang dipatok pengimpor swasta sudah tinggi. Tempat penggemukan sapi (feedloter) menjual sapi-sapi ini ke RPH Cakung sekitar Rp 45 ribu per Kg, kemudian RPH membanderol karkas sapi kepada pedagang Rp 87 ribu per Kg.
"Untung pedagang seperti kita paling cuma Rp 3.000. Itupun kalau habis untung. Kalah tidak habis terjual, yang ada malah rugi bisa jutaan rupiah," ujar dia.
Dia mengaku, operasi pasar seperti daging sapi beku yang dijual Rp 75 ribu per Kg tidak berpengaruh terhadap stabilisasi harga daging. Alasannya, kata Mustafa, masyarakat lebih senang mengonsumsi daging sapi segar ketimbang daging sapi beku walaupun harganya murah.
"Malah masyarakat yang beli daging sapi beku kecewa karena banyak lemak, banyak airnya sehingga daging jadi susut 9 ons-an. Malah bisa jadi pakai pengawet karena disimpan berhari-hari tetap segar. Kalau daging sapi segar ditaruh freezer sehari saja sudah lembek, tidak enak, karena tidak pake formalin atau pengawet," terang Mustafa.
Meski demikian, dirinya mengatakan, penjualan daging sapi puasa tahun ini sedikit berkurang lantaran daya beli masyarakat menurun. Menyiasatinya, kata Mustafa, pedagang mengurangi penjualannya dari 3 ekor menjadi hanya 2 ekor saja.
"Omzet bisa Rp 20 juta untuk menjual sekitar 2 kuintal daging sapi. Daripada tidak habis, dan malah rugi, mending jualannya dikurangi," ujar dia.
Harga Daging Sapi Sulit Turun
Harga Daging Sapi Susah Turun ke Rp 80 Ribu
Pedagang daging sapi lain di Pasar Palmerah, Rahmat (33) asal Banten menilai sangat sulit bagi pedagang menjual harga daging sapi sebesar Rp 80 ribu per Kg sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lantaran, harga karkas dari tempat penjagalan hewan masih tinggi Rp 87 ribu per Kg.
"Kalau karkas bisa dijual seharga Rp 60 ribu per Kg, baru kita bisa menjual daging sapi seharga Rp 90 ribu per Kg. Agak berat jual daging seharga Rp 80 ribu per Kg, kecuali kalau karkasnya Rp 50 ribu per Kg. Apa RPH mau? Karena harga sapi dari feedloter juga sudah mahal," tutur Rahmat.
Dia meminta pemerintah intervensi harga daging sapi supaya bisa turun sesuai harapan Presiden Jokowi. Caranya, lanjut Rahmat, dengan memberikan batasan harga atas di tingkat pengimpor, feedloter maupun RPH.
"Misalnya karkas jangan dijual lebih dari Rp 50 ribu atau Rp 60 ribu, sehingga harga daging bisa Rp 80 ribu-Rp 90 ribu per Kg. Kalau tidak, mustahil harga daging sapi bisa Rp 80 ribu. Karena Pak Jokowi tidak ngerti daging sapi, taunya harga harus Rp 80 ribu, padahal jenis daging saja beda-beda," jelas Rahmat.
Bahkan Rahmat memperkirakan, harga daging sapi berpotensi tembus Rp 150 ribu per Kg jelang Lebaran, apabila harga karkas mencapai Rp 100 ribu per Kg. "Tapi itu kalau pemerintah tidak intervensi. Jadi pemerintah harus segera bertindak untuk mengendalikan harga daging sapi," harap dia. (Fik/Ahm)
Advertisement