Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menggelar rapat dengan berbagai instansi terkait penyusunan roadmap industrialisasi, salah satunya di bidang pangan.
Dalam penyusunan roadmap ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta KEIN untuk memasukkan langkah efisiensi industri gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini masih tertinggal dibandingkan swasta.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengungkapkan, tidak efisiennya pabrik-pabrik gula (PG) milik BUMN karena jumlahnya terlalu banyak dan mesin-mesin yang digunakan sudah sangat berumur.
"PG BUMN ini tidak efisien. Kita coba bantu anggaran tapi hanya ngilik-ngilik saja. Jadi yang kita butuhkan itu ada revitalisasi sesungguhnya di industri gula BUMN, agar mampu bersaing dengan swasta," kata Panggah saat berdiskusi dengan KEIN di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (13/6/2016).
Baca Juga
Advertisement
Panggah mengungkapkan, dari hasil data yang diperoleh, saat ini ada 50 PG milik BUMN yang tersebar di wilayah Indonesia. Demi efisiensi, KEIN diminta untuk mengurangi jumlah PG yang masuk dalam roadmap industrialisasi nasional di bidang pangan.
Dari hasil kajian, pengurangan jumlah PG akan membuat efisien dan memangkas ketertinggalan pabrik gula BUMN dari swasta. Idealnya PG dikurangi hingga tersisa 20 saja. "Ini masih bisa diperas lagi, disederhanakan menjadi 10 PG, ini jauh lebih efisien," tegas dia.
Tak hanya itu, Panggah juga mengusulkan untuk mendorong BUMN membangun PG dengan bekerjasama dengan swasta (eksisting). Cara ini dinilai lebih rasional jika harus mereformasi pabrik gula yang saat ini sudah ada, mengingat membutuhkan waktu panjang.
"Lokasinya tidak usah jauh-jauh dari pabrik yang direvitalisasi, yang sudah ada saat ini, ini lebih mudah," dia memaparkan.
Dengan dibangunnya pabrik-pabrik ini, Panggah menargetkan peningkatan kapasitas produksi sekitar 250 ribu - 300 ribu TCD.