Safari Ramadan Marjo Muntilan, Layani Selfie sampai Mengaji

Marjo Muntilan yang legendaris membantu warga bersih-bersih dan menyapa warga selama Ramadan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 13 Jun 2016, 18:00 WIB
Marjo Muntilan yang legendaris membantu warga bersih-bersih dan menyapa warga selama ramadan.

Liputan6.com, Muntilan - "Kepiye uripmu, yo ngono kuwi matimu (bagaimana hidupmu, seperti itulah matimu)."

Baris hikmah itu itu keluar dari mulut Marjo. Masih ingat dengan sosoknya? Seorang yang sering dianggap kurang waras, tapi sangat dicintai warga Kota Muntilan, Jawa Tengah, karena sifat baiknya.

Di Muntilan, popularitasnya kini semakin melambung melebihi pejabat. Dengan popularitas yang selangit itu, Marjo kian disayang warga. Soal makanan dan pakaian, warga kota sudah menanggungnya dengan penuh sukacita dan keikhlasan.

Lalu apa kegiatan Marjo selama bulan Ramadan?

Ternyata jadwal hidupnya sangat dinamis dan padat. Bertemu dengan Liputan6.com usai salat tarawih di Masjid Ki Ageng Wiroreno, kompleks Pondok Pesantren Al Iman di Dukuh Patosan Muntilan, Marjo bercerita bahwa ia nyaris tak pernah tidur selama Ramadan.

"Aku esuk-esuk ki wis muter. Melu kuliah subuh. Sing kerep neng al iman. Kuliah sing sregep ben ndang lulus dadi sarjana (saya pagi-pagi sudah keliling. Ikut kuliah subuh. Paling sering ya di Pondok Al- Iman. Kuliah harus rajin biar segera lulus jadi sarjana)," kata Marjo, Sabtu 11 Juni 2016.

Marjo kemudian bercerita datar dan dingin tanpa ekspresi. Ia menuturkan, sikap hidup seseorang akan menentukan cara mati orang itu.

"Dadine piye carane wong urip kuwi, sak drajat karo carane modar (jadi bagaimana cara hidup seseorang, menentukan caranya meninggal)," tutur dia.

Marjo Muntilan kian sibuk saat ramadan (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Setelah namanya melambung dan sempat menjadi viral di media sosial, kini warga Muntilan yang mengenal Marjo semakin banyak. Tak melulu penduduk asli, warga yang berasal dari luar Muntilan dan bekerja di kota itu kini juga ingin kenal lebih jauh.

"Wingi diparani cewek ayu. Ngajak foto-foto. Opo aku ki tambah ngganteng ya (kemarin dicari wanita cantik, mengajak foto-foto. Emangnya saya makin ganteng ya)," kata Marjo dengan ekspresi datar.


Agenda Ramadan Marjo

Menurut Marjo, selama Ramadan ia juga sering menemani para petugas kelurahan bekerja. Kadang sekadar menemani ngobrol. Kadangkala disuruh membantu bersih-bersih. Bahkan kadangkala ia diizinkan meminjam komputer untuk sekadar main game.

Hal-hal semacam itu memang sudah dilakukan Marjo sehari-hari. Namun selama Ramadan intensitasnya meningkat.

Henny Christina, warga Gunungpring Muntilan mengaku, beberapa hari ia berkeliling dengan mobilnya, sekadar mencari Marjo. Ia ingin menunjukkan kepada Via, sang anak, bahwa orang yang dianggap tidak waras tak perlu dijauhi.

"Ketemu malah di dekat rumah. Saya ajak foto, gayanya kayak artis. Cool banget," kata Henny sambil tertawa.

Marjo Muntilan kian sibuk saat ramadan (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Ketika Marjo menghilang beberapa hari, ternyata banyak juga yang mencari. Rata-rata memang mencarinya sambil lalu, tapi ada keseriusan di balik semua itu.

"Kurang tahu kemarin ke mana. Sempat tidak kelihatan beberapa hari," kata Ustaz Muhammad Zuhaery, pengasuh Ponpes Al Iman.

Marjo kemudian bercerita bahwa dia menghilang karena harus merawat silaturahmi dengan warga. Ia merasa berkewajiban menjaga hubungan baik dengan warga kota.

Tak hanya di Kota Muntilan, ia juga berkeliling menyapa warga Kota Salam bahkan sampai jauh di pelosok Borobudur. Dua daerah itu adalah kecamatan yang bertetangga dengan Kecamatan Muntilan.

Menjelang waktu Asar, Marjo mengaku sering diajak remaja-remaja atau anak sekolah menemani futsal. Kadang-kadang menemani bermain musik. Meski tak bisa memainkan instrumen musik apa pun, kehadiran Marjo dianggap membuat para remaja ini tenang.

"Nek arep Magrib, aku ngrewangi mbak Yuni neng Nengahan Gunungpring. Dodolan blendrang. Mumpung pasa to (kalau menjelang maghrib, saya membantu Mbak Yuni di Nengahan Gunungpring. Jualan blendrang, mumpung Ramadan)," kata Marjo.

Ternyata usai berbuka puasa, jadwal Marjo masih padat. Ia mengikuti salat tarawih secara berpindah-pindah. Menjelang tengah malam, ia baru memutuskan akan tidur di mana.

Marjo Muntilan kian sibuk saat ramadan (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Warga Muntilan sendiri meski menganggap Marjo sebagai sosok yang kurang waras, tidak rela jika warganya itu disebut gila. Apalagi ia rajin mandi dan bersih.

Meski pakaiannya buruk, kebersihannya senantiasa dijaga. Bahkan ia sering mendapat pakaian seragam bekas tentara, profesi yang sangat diidamkannya.

"Yo ngene iki urip sing penak. Ra mikir duit. Nek awak dewe apik kan kabeh apik. Wong urip ki butuhe mung sego sepiring eh entuk tanduk ya. Tapi tetep wae ra butuh mangan kreteg to? (Ya begini hidup yang nyaman. Tak usah berpikir uang. Kalau kita baik dengan sesama, nanti semua juga baik. Orang hidup itu hanya butuh sepiring nasi..eh..boleh nambah ya. Namun tetap saja tak butuh makan jembatan kan?)," kata Marjo.

Ketika berpisah dengan Liputan6.com, Marjo meminta agar menjaga hidup untuk selalu baik. Tak boleh iri dengan rezeki orang lain. Karena hakikatnya orang hidup hanya bisa menilai dari yang terlihat.

"Isih kelingan pesenku to? Urip kuwi wang sinawang. Kayane sugih jebule kere, kayane kere jebule...tenan !  (masih ingat pesanku? Hidup itu hanya dinilai dari yang terlihat. Sepertinya kaya ternyata miskin, sepertinya miskin ternyata...benar!)," kali ini Marjo terkekeh dan langsung mengayuh sepeda bututnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya