Liputan6.com, Tulungagung - Perajin tasbih 'bertuah' berbahan sembilan jenis kayu di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengaku kesulitan mendapat bahan baku. Karena itu mereka membatasi jumlah pesanan pelanggan dari dalam maupun luar daerah.
"Ada sebagian bahan baku kayu yang tidak mudah didapat karena memang sudah langka," kata Katmadi, perajin tasbih sembilan kayu di Desa Simo, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, dilansir Antara, Senin 13 Juni 2016.
Salah satu jenis kayu bahan baku tasbih yang paling sulit diperoleh adalah kayu liwung yang hanya ada di sekitar lereng Gunung Kawi.
Sementara delapan jenis kayu lain, seperti cendana jawa, setigi laut, nagasari, secang bromo, wali kukun, galih asem, dewa ndaru, dan johar masih bisa diperoleh di wilayah Tulungagung dan sekitarnya meski harus mencari langsung dari hutan ke hutan.
"Kalaupun ada dan ketemu, usia pohon terkadang belum terlalu tua sehingga harus mencari lagi ke tempat lain," ujar Katmadi.
Baca Juga
Advertisement
Karena alasan bahan baku yang terbatas itu, Katmadi mengaku tidak sembarangan melayani permintaan pembuatan tasbih dari para pelanggannya.
Ia memilih memproduksi tasbih khas berbahan sembilan kayu karyanya dalam skala terbatas dengan harga penjualan di kisaran Rp 125 ribu per untai kalung tasbih isi 100 butir dan Rp 50 ribu untuk jenis tasbih gelang.
Katmadi menggeluti produksi tasbih itu sejak 1993 di Ngawi bersama saudaranya. Dia mengincar segmen pasar tertentu.
"Tasbih sembilan kayu ini bagi penganut Islam tradisional diyakini memiliki tuah atau khasiat tertentu khususnya kesehatan," ujar dia.
Katmadi menunjukkan beberapa rangkai tasbih yang dikenal dengan sebutan tasbih sembilan kayu itu. Tasbih tersebut memiliki tujuh warna kayu berbeda-beda, mulai dari cokelat, hitam, dan kekuningan.
Pola serta kayu juga berbeda-beda. "Ide ini terinspirasi dari sembilan wali (Wali Songo) penyebar agama Islam di Jawa," ucap Katmadi.
Salah satu jenis kayu yang dipakai, yakni jenis setigi memiliki manfaat untuk anti-racun, antidaya negatif, keselamatan, dan rezeki. Sementara kayu nagasari untuk kewibawaan, antipetir, keharmonisan keluarga dan lain sebagainya yang bersifat universal.
"Kayu dewa daru untuk keselamatan dan kewibawaan namun tidak untuk anti-racun. Kayu lain juga memiliki manfaat beragam," tutur Katmadi.