Suasana Mencekam Saat Ponsel Korban Penembakan Orlando Berdering

Keluarga korban penembakan Orlando berkali-kali menghubungi ponsel orang-orang terkasih. Namun, tak ada jawaban.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 14 Jun 2016, 07:15 WIB
Gedung Putih di Washington DC mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda berduka atas penembakan brutal klub gay Pulse di Kota Orlando, Florida, Amerika Serikat (AS), Minggu (12/6). (AFP PHOTO/Yuri GRIPAS)

Liputan6.com, Orlando - Suasana mencekam masih terasa di dalam klub malam Pulse di Orlando, Amerika Serikat, Minggu pagi, 12 Juni 2016. Kala itu pelaku penembakan Omar Mateen telah dilumpuhkan oleh timah panas polisi. Para sandera pun telah dibebaskan.

Suasana sungguh menyayat hati. Terpampang di depan mata pemandangan ngeri jenazah para korban yang bergeletakan di sana-sini.

Hening dipecahkan suara dering telepon genggam milik para korban. Itu Dari mereka yang ingin mengetahui kabar orang-orang terkasih. Namun, tak ada jawaban.

Peter Doocy, dari FoxNews, melaporkan secara langsung kondisi pascapenembakan sekitar pukul 07.00 waktu setempat.

Menurutnya, sejumlah jasad masih ada di dalam gedung. Sementara, telepon terus berdering. Para penelepon tak menyadari bahwa orang-orang yang mereka cari mungkin telah tiada.

Seperti yang dikisahkan Jose Honorato. "Saudari iparku mencari suaminya setelah ia mendengar kabar mengerikan itu," kata dia, seperti dikutip dari situs Examiner, Senin (13/6/2016).

"Aku berusaha menghubungi telepon genggamnya berkali-kali, namun tak ada jawaban."

Honorato berkali-kali menghubungi kembali ponsel saudaranya itu. Nada panggilan terdengar, namun tak ada jawaban dari ujung telepon.

Belakangan ia mengetahui, saudaranya, Miguel Angel Honorato (30) ada dalam daftar korban tewas.

Sementara itu, petugas yang dikerahkan untuk mengevakuasi jasad para korban mengaku mendengar suara dering ponsel yang menempel atau berada dekat jenazah.

Kota Orlando dalam situsnya mengunggah nama-nama dan usia para korban jiwa. Sebelumnya mereka telah menghubungi keluarga korban.

Sejauh ini 49 orang dinyatakan meninggal dunia. Itu adalah insiden penembakan massal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.

Yang mengejutkan, pelakunya hanya satu orang. Omar Mateen, namanya.

Pembantaian yang dilakukan pria 29 tahun itu diawali adu tembak dengan petugas keamanan di luar klub Pulse, yang terkenal di kalangan LGBT.

Saat penjaga lain berdatangan, Mateen lari ke dalam klub dan menyandera sejumlah orang, khususnya di dalam kamar mandi.

"Kami berhasil menyelamatkan puluhan nyawa, membawa mereka keluar dari sana," kata Kepala Kepolisian Orlando, John Mina, seperti dikutip dari USA Today.

Mina menambahkan, Mateen yang terlihat tenang, sempat menelepon 911, menyatakan keterkaitannya dengan ISIS dan bicara soal bahan peledak.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya