Khin Naing (50), duduk di dekat rumahnya di Yangon, 3 Juni 2016. Khin Naing merupakan seorang mantan tentara Myanmar yang kehilangan kedua kakinya pada 2009 setelah menginjak ranjau saat bertugas melawan kelompok etnis bersenjata. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Kyaw Min Naing menunggu pelanggan di pangkas rambut miliknya di Yangon, 3 Juni 2016. Sejumlah mantan tentara Myanmar tetap menjalani kehidupan dengan kaki yang tidak lagi sempurna akibat menginjak ranjau saat bertugas. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Than Htike (50) berada di sepeda yang sudah dimodifikasi di depan rumahnya di Yangon, 3 Juni 2016. Than Htike merupakan seorang mantan tentara Myanmar yang kehilangan kedua kakinya pada 2007 setelah menginjak ranjau saat bertugas. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Aung Myint Sein duduk di sepeda yang sudah dimodifikasi di Yangon, 3 Juni 2016. Sejumlah mantan tentara Myanmar tetap menjalani kehidupan yang sederhana dengan kaki yang tidak lagi sempurna akibat menginjak ranjau saat bertugas. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Sejumlah tentara yang kehilangan kakinya setelah menginjak ranjau saat bertugas melawan kelompok etnis bersenjata, tengah berbincang di atas sepeda yang sudah dimodifikasi di Yangon, Myanmar, 3 Juni 2016. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Aung Myint Tun berjalan dengan menggunakan sepeda yang sudah dimodifikasi di Yangon, Myanmar, 3 Juni 2016. Aung Myint Tun merupakan seorang mantan tentara Myanmar yang kehilangan kedua kakinya setelah menginjak ranjau saat bertugas. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Aung Than Oo bersama anaknya di atas sepeda motor di Yangon, Myanmar, 3 Juni 2016. Sejumlah mantan tentara Myanmar tetap menjalani kehidupan yang sederhana dengan kaki yang tidak lagi sempurna akibat menginjak ranjau saat bertugas. (REUTERS/Soe Zeya Tun)