Stetoskop Bermodal Rp 150 Ribu Bisa Deteksi Detak Abnormal

Stetoskop itu terinspirasi kesulitan mahasiswa mengenali detak jantung dan napas pasien abnormal saat praktek kebidanan.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Jun 2016, 18:49 WIB
Stetoskop itu terinspirasi kesulitan mahasiswa mengenali detak jantung dan napas pasien abnormal saat praktek kebidanan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mahasiswa UGM kembali menunjukkan kreativitasnya. Kali ini, lima mahasiswa UGM mengembangkan fungsi tambahan pada stetoskop. Alat yang biasa digunakan untuk mengetahui suara jantung itu juga bisa merekam suara napas pasien.

Alat tersebut dinamakan Mediskop, singkatan dari Medical Electronic Stetoskop. Alat tersebut tercipta saat mahasiswa kesulitan mengetahui suara abnormal detak jantung dan paru-paru dengan menggunakan stetoskop saat beljar praktek kebidanan.

Kelima mahasiswa yang terdiri dari Ayu Dwi Silvia Putri, Dionita Rani Karyono, Imah Nur Chasanah dari Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Muhammad Fadhil Ainuri dari Teknik Elektro Fakultas Teknik, dan Abdullah Ibnu Hasan dari Elektronika dan Instrumentasi FMIPA UGM, kemudian berkumpul. Mereka sepakat menciptakan alat yang dapat merekam suara degup jantung dan suara nafas pasien di paru-paru.

Mereka menamakan alat stetoskop elektronik tersebut Mediskop, singkatan dari Medical Electronic Stetoskop. Stetoskop elektronik ini mampu merekam suara jantung janin pada ibu hamil.

Seiring waktu, penggunaan stetoskop itu berkembang untuk meneguhkan diagnosa penyakit pasien. Sebab, data rekaman itu bisa diputar berulang-ulang dan menjadi bahan diskusi tenaga kesehatan.

"Hasil dari rekam data itu bisa menjadi bahan diskusi antar-tenaga kesehatan sebelum memberikan hasil diagnosa," kata Ayu Dwi Silvia Putri, Senin, 13 Juni 2016.

Ayu mengatakan perangkat Mediskop terdiri dari ear piece, tube dan chest piece stetoskop. Mediskop juga dilengkapi kotak mini berukuran 7x3 cm2 berupa rangkaian sound recorder, colokan kabel data USB, dan sambungan.

"Bagi yang ingin mendengarkan langsung tinggal disambungkan ke speaker," kata Ayu.

Sementara itu, Imah Nur Chasanah mengatakan mediskop didesain untuk membantu mahasiswa saat belajar praktek pemeriksaan fisik seorang pasien. Selama proses pembelajaran berlangsung, mereka hanya mengandalkan hasil pemeriksaan dokter lewat stetoskop manual.

Umumnya, mahasiswa kesulitan membedakan suara normal dan abnormal dari jantung dan paru-paru sehingga ide membuat stetoskop elektronik pun muncul. Apalagi, mereka tidak jarang menggunakan boneka phantom dalam proses belajar praktek.

"Kita kesulitan untuk tahu suara abnormal seperti apa. Adanya Mediskop diharapkan membantu para mahasiswa dan bisa dipakai di klinik kesehatan dan rumah sakit," kata dia.

Modal pembuatan mediskop itu hanya sebesar Rp 150 ribu. Stetoskop elektronik itu masih akan dikembangkan dengan tambahan monitor kecil yang menampilkan data grafis suara jantung dan paru-paru sehingga alat ini belum dibuat secara massal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya