Liputan6.com, Jakarta Hingga kini, para ahli masih kesulitan menentukan apakah kanker bisa dicegah atau tidak. Bagi para ilmuwan, kanker masih dianggap sebagai penyakit yang benar-benar rumit. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana kanker berbiak dan mengapa?
Para ilmuwan dari Johns Hopkins membuktikannya. Di tahun 2015 mereka membuat kesimpulan yang menyebutkan, 65 persen jenis sel kanker mengalami mutasi secara random dan sulit dilacak alias tak bisa dikendalikan.
Advertisement
Sekarang, sebuah studi baru yang ditayangkan di Jurnal JAMA Oncology pimpinan Mingyang Song, periset dari Massachusetts General Hospital and Harvard T. H. Chan School of Public Health meneliti lebih dari 135.000 pria dan wanita dan menentukan, faktor-faktor gaya hidup seperti diet, merokok dan olahraga setidaknya mengurangi 20 hingga 40 persen risiko kanker.
Temuan ini memang tidak bertolak belakang dengan tim dari John Hopkins yang memusatkan penelitiannya pada cara mutasi sel kanker dalam sel punca seperti juga saat sel-sel itu membelah dan menyebabkan kanker.
Dalam studi ini, mereka juga membandingkan tingkat mutasi yang terjadi di berbagai sel dan beda tubuh. Di sisi lain, penelitian Song menganalisa perbedaan tingkat kanker di berbagai manusia dalam satu populasi.
"Kalau melihat kecenderungan risiko kanker di berbagai jaringan yang berbeda, saya pikir, golongan sel punca dan mutasi random punya peran penting dalam tumbuh kembang sel kanker,"ujar Song.
Song enggan untuk menerjemahkan hasilnya sebagai bukti bahwa mereka tidak bisa mencegah kanker dan tidak ada cara lain untuk mencegah sebagian besar jenis kanker karena aktivitas random yang dilakukan sel-sel kanker itu. "Saya tak ingin menginterpretasikan temuan mereka dengan cara itu,"ujar Song.
Alih-alih menggunakan hanya satu sudut pandang, Song menyebutkan bahwa gabungan dari temuan para ilmuwan Hopkins tentang bagaimana kanker berbiak secara acak dengan hasil temuannya memberi gambaran utuh bagaimana faktor-faktor tertentu bisa menyebabkan kanker.
Seolah-olah makin jelas warna level dasar tingkatan dari satu jenis kanker yang disebabkan oleh berbiaknya sel-sel dan kesalahan yang dibuat sel-sel itu saat mereka mengopi dirinya dan membelah. Lebih dari itu, faktor-faktor risiko yang diidentifikasi Song seperti merokok, diet dan aktivitas fisik yang dapat mempercepat atau memperlambat level basal mutasi-mutasi yang dapat
dilakukan sel punca menjadi hal yang paling penting.
Cara lain untuk memandang persoalan ini, kata guru besar onkologi (kanker) di Johns Hopkins, Bert Vogelstein, dengan berpikir, sementara kebanyakan ahli fokus pada jenis-jenis kanker apa saja yang bisa dicegah (menurut banyak ahli dan jurnal yang ditulis Song antara 20-40 persen), dia dan koleganya Cristian Tomasetti memfokuskan pada sisanya, 60-80 persen yang tidak. Vogelstein mengajak kita untuk memperhatikan dan bertanya, bagaimana dengan mereka yang tidak merokok dan selalu mengonsumsi makanan sehat, menjalankan diet sehat dan melakukan olahraga? Jika mereka tetap menderita kanker, penyakit apa yang sebenarnya diderita?
"Penelitian yang kami lakukan memang tidak untuk mengungkapkan kasus-kasus yang bisa dicegah,"ujar Vogelstein. Apa yang ditelitinya, kata Vogelstein, pada dasarnya mencoba menjelaskan, semua kanker yang menyerang pada kelompok berisiko rendah atau sekurangnya beberapa fraksi dari jenis-jenis kanker itu.
Sebelum penelitian itu dilakukan, banyak orang masih berpikir bahwa itu fakta yang tidak bisa dijelaskan. "Kami justru bisa menjelaskannya. Ini bukan mutagen (mutasi gen) yang tak bisa dijelaskan yang muncul di lingkungan kita. Ini memang persoalan yang sangat spesifik yang dapat diukur dengan tepat (mutasi yang terjadi selama pembelahan sel-sel punca normal)."
Karena begitu banyak jenis sel kanker membelah secara acak (random), beberapa lagi tidak. Sangat masuk akal bila Anda mengikuti petunjuk dokter sebagai langkah pencegahan.