Liputan6.com, Makassar - Selama lima tahun lamanya, Muhammad Aris (24) asal Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini mengadu nasib di daerah perantauan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Bermodalkan keahlian dan alat bekam tradisional, yakni tanduk sapi yang diwariskan langsung oleh kakeknya, ia berhasil dalam perantauannya. Kini dia sudah bisa membeli sebuah rumah sederhana di Jalan Cenderawasih, Makassar.
Selain itu, keahlian bekam Aris juga membuat sebagian warga kota bergantung padanya.
"Alhamdulillah sudah ada rumah di sini. Semuanya merupakan hasil membekam dari masjid ke masjid. Juga saat ini sudah ada yang sering memanggil agar dibekam di rumahnya," kata Aris kepada Liputan6.com saat ditemui di sebuah masjid di bilangan Jalan AP Pettarani, Makassar, Sulsel, Rabu (14/6/2016).
Aris mengungkapkan, awalnya dia hanya seorang diri saat pertama kali merantau di Kota Makassar. Dia berangkat dari kampung halaman di Madura dengan modal tanduk sapi yang sudah dimanfaatkan oleh tiga generasi keluarganya.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, Aris juga membawa ramuan minyak gosok khas yang juga hasil olahan keluarganya.
"Saya generasi ketiga yang memanfaatkan tanduk sapi sebagai alat utama bekam tradisional ini. Awalnya dibuat dan digunakan kakek untuk membekam orang yang membutuhkan, setelah itu kakek mewariskan alat bekam (tanduk sapi) itu ke paman dan terakhir ke saya dan sampai saat ini saya gunakan sebagai mata pencaharian," tutur Aris.
Sekali bekam, Aris mematok harga jasa sebesar Rp 100 Ribu. Dia menjamin, pasiennya bakal merasakan perubahan kondisi tubuhnya dan merasa nyaman saat sudah menjalani terapi bekam.
"Ini kan darah kotor yang saya keluarkan lewat terapi bekam ini. Sehingga setelah ini pasien akan enakan. Dimana tadinya setelah kami cek, pasien itu suka alami letih, sakit kepala dan macam penyakit lah," ujar dia.
"Itu semua karena darah kotor yang menggumpal. Dengan pakai tanduk, darah kotornya terisap atau dikeluarkan dari bagian tubuhnya," ucap Aris.