Liputan6.com, Paris - Pria yang membunuh komandan polisi dan kekasihnya, di Magnaville, Prancis pada Senin 13 Juni lalu, ternyata juga rencanakan penyerangan terhadap pesta sepak bola Euro 2016. Menurut polisi, rencana itu diposting di dalam akun Facebooknya.
Si pembunuh, Larossi Abballa, yang mengaku sebagai anggota teroris sempat di bawah radar otoritas Prancis. Demikian dilansir dari CNN, Rabu (15/6/2016).
Advertisement
Sebuah video di Facebook yang telah diedit terpasang di website 'kantor berita' ISIS, Amaq. Dalam rekaman itu, Abballa akan membuat Euro 2016 seperti kuburan massal.
Rekaman itu memperlihatkan Abballa menyeringai mengerikan, setelah mengucapkan rencananya itu.
Ia juga berbaiat kepada pemimpin ISIS dan meminta seluruh umat untuk 'angkat senjata' menyerang musuh.
"Aku berbaiat kepada emir-ku, pemimpinku, Abu Bakr al-Baghdadi. Kalimat pertamaku kutujukan kepada seluruh saudaraku, apa yang terjadi kepada kalian? Hukuman apa yang telah kalian terima? Bagaimana kalian bisa seperti itu?"
Dalam video itu, ia mengaku telah membunuh komandan polisi, Jean-Babtiste Salvaing dan kekasihnya Jessica Schneider, pegawai sipil yang bekerja di kantor polisi. Terlihat juga anak pasangan itu yang berusia 3 tahun.
Facebook telah menghapus tautan rekaman itu, dan menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, tim SWAT berhasil menyelamatkan anak laki-laki malang tersebut.
Kronologis Penyerangan
Serangan terjadi tepat pukul 20.00 pada Senin. Abballa menikam Salvaing hingga tewas, lantas menyeret Schneider dan anak mereka ke rumah untuk dijadikan sandera.
Menurut jaksa Francois Mollins, penyerang menargetkan pasangan tersebut karena profesi mereka.
Pukul 20.52 waktu setempat, saat berada di rumah pasangan itu, Abballa memposting video berdurasi 12 menit ke Facebook.
Selama disiarkan, anak itu terlihat di sofa di belakang Aballa.
Abballa kepada negosiator polisi mengatakan ia berbaiat kepada ISIS minggu lalu. Lalu tim SWAT memutuskan untuk masuk dan membunuhnya
"Di lokasi, polisi menemukan pisau dan sederet daftar target, termasuk selebritas, penyanyi rap, petugas polisi, penjaga penjara dan wartawan," kata jaksa Molin.
Siapa Abballa?
Abballa pernah ditahan pada 2013 karena menjadi bagian dari jaringan radikal yang saat itu siap berangkat ke Pakistan dan Afghanistan.
Menurut Jaksa Molin, polisi telah menyelidikinya semenjak Februari atas dasar kecurigaan memiliki jaringan perekrut anggota ISIS ke Suriah. Meski ia telah dimonitor, tak ada insiden yang membuat aparat terjaga, hingga kasus mematikan pada Senin kemarin terjadi.
Ada 3 orang --berusia 27, 29, dan 44 tahun-- yang ditahan terkait dengan serangan itu.