Liputan6.com, Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) mampu membukukan kinerja yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada 2015, RNI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 69 miliar atau meningkat 120,88 persen dibanding tahun 2014 yang mencatat kerugian sebesar Rp 330,53 miliar.
Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo mengatakan, kontribusi laba sebelum pajak dari sektor industri gula sebesar Rp 209,334 miliar, meningkat dibanding pencapaian tahun 2014 yang mencatat minus Rp 189,57 miliar. Sedangkan dari sektor farmasi dan alat kesehatan membukukan kontribusi laba sebelum pajak sebesar Rp 83,15 miliar meningkat dari tahun 2014 yang berada di angka Rp 54,94 miliar.
"Kontribusi laba sektor perdagangan berada di angka Rp 22,22 miliar. Peningkatan kinerja ketiga sektor tersebut mampu menutup pencapaian sektor perkebunan yang masih minus Rp 73,89 miliar," jelas dia Rabu (15/6/2016).
Advertisement
Sementara itu, dari sisi penjualan, di tahun 2015 perusahaan mencatatkan penjualan sebesar Rp 5m63 triliun, tumbuh 13,31 persen atau Rp 661,76 miliar dari Rp 4,97triliun di 2014. Penjualan utama berasal dari kelompok industri gula sebesar Rp 2,30 triliun, kelompok industri farmasi dan alat kesehatan sebesar Rp 1,67 triliun, kelompok perdagangan umum sebesar Rp 1,28triliun dan kelompok perkebunan sebesar Rp 364,49 miliar.
Sementara penurunan terjadi pada produksi crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) dikarenakan rendahnya produktivitas kebun, produksi karet juga menurun mengingat umur tanaman yang sudah tua.
Kinerja perseroan di tahun buku 2015 jauh lebih baik dibanding kinerja tahun 2014. Hal tersebut disebabkan oleh pembenahan internal yang dilakukan secara konsisten serta dukungan faktor eksternal yang semakin membaik di semester II tahun 2015 dan peningkatan harga komoditas gula.
“Di samping itu, perseroan melakukan beberapa langkah strategis untuk mencapai sasaran yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015,” ungkapnya.
Beberapa kebijakan strategis tersebut, lanjut Didik, diantaranya dalam hal investasi dan keuangan. Perusahaan didorong melakukan peningkatan kapasitas produksi, pangsa pasar, kualitas produk serta nilai tambah yang maksimal melalui investasi yang dilakukan dengan efektif dan selektif.
Investasi dilakukan terbatas hanya pada lingkungan Industri yang prospektif dan benar-benar potensial memberikan nilai tambah. Setiap investasi, terang Didik, harus melalui feasibility study (FS) dan kajian risiko yang memadai. “Tidak ada lagi investasi dan pengembangan yang dilakukan tanpa melakukan kajian mendalam,” jelasnya.
Adapun pengembangan produk baru, jelas Didik, dilakukan dengan maksimal mengedepankan prinsip sinergi BUMN serta pemberdayaan sumber daya yang ada, agar sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah aset non produktif dan SDM.
Dalam bidang keuangan, RNI memberlakukan optimalisasi dana pada anak perusahaan dengan menerapkan cash management sebagai alternatif pendanaan bagi group. “Setiap pengeluaran biaya harus selalu dimonitor dan mengacu pada anggaran yang telah ditetapkan. Selain itu, pinjaman modal kerja kepada anak perusahaan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian pendanaan,” jelasnya.