Liputan6.com, Jakarta - Tommy Soeharto, hari itu, tak berkutik ketika tim pemburu menangkapnya di Jalan Maleo II Blok JB 4-7 No. 9 Sektor 9, Bintaro Jaya, Tangerang, Banten. Tito Karnavian merupakan salah satu polisi yang memiliki andil dalam penangkapan tersebut.
Kala itu, pada 2001, Tito yang berpangkat Ajun Komisaris Besar memimpin 23 anggota Tim Kobra. Tim yang bertugas untuk menangkap dan menembak Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, putra bungsu Presiden ke-2 RI Soeharto ketika melakukan perlawanan.
Berkat kesuksesannya menangkap Tommy dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin Kartasasmita, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Kini, pria kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964 tersebut ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi calon tunggal Kapolri.
Tak mudah untuk 'meminangnya' menjadi calon pemimpin Korps Bhayangkara.
Tito pernah menolak namanya masuk dalam daftar Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) Polri untuk diusulkan menjadi calon Kapolri baru. Hal tersebut diungkap oleh Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
"Waktu itu Pak Tito sendiri bilang jangan (dimasukkan Wanjakti). Oleh karena itu, dalam Wanjakti tidak kami masukkan," kata Badrodin di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.
Advertisement
Menurut dia, Tito menolak karena masih sibuk memberantas terorisme. Terlebih, Tito menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Dia kan sendiri sedang konsentrasi mengatasi terorisme dan ancaman ke depan cukup serius sehingga harus dilakukan pembenahan dan strategi strategi kebijakan menanggulangi terorisme," tutur Badrodin Haiti.
Jokowi pun sejak lama mendambakan Tito Karnavian menjadi Kapolri. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) juga telah merekomendasikan Tito sebagai salah satu sosok yang cocok menjadi Trunojoyo 1.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dam HAM Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Kompolnas merekomendasikan tiga kandidat pengganti Jenderal Polisi Badrodin Haiti. Salah satunya Tito.
"(Ide menunjuk Pak Tito) Sudah lama. Kami dan Kompolnas mengusulkan tiga nama (salah satunya Tito) ke Presiden. Ya Presiden milih dia (Tito)," ungkap Luhut di Gedung Kementerian Polhukam, Rabu sore (15/6/2016).
Menurut dia, penunjukan mantan Kapolda Metro Jaya itu sudah melalui tahap pembahasan, antara Presiden dengan banyak pihak.
"Ya sebagai Presiden dia juga punya feeling ya, setelah mendengar banyak-banyak masukan soal Kapolri ini," ucap Luhut yang juga menjabat sebagai Ketua Kompolnas.
Selain itu, pengusungan Tito menjadi Kapolri, otomatis terjadi regenerasi di institusi Bhayangkara. Jika Tito lulus uji kelayakan dan kepatutan di DPR, dia akan melompati tiga generasi Akpol.
Namun, di mata Jokowi, Tito cukup luwes dalam berinteraksi dengan para senior di lingkungan (Polri).
"Pertimbangannya Presiden merasa membutuhkan perbaikan di tubuh Polri. Kemudian reputasinya kan juga bagus dan dia ke senior, dia juga bisa berhubungan dengan baik," kata Luhut.
Luhut mengaku partai-partai koalisi Pemerintah pun setuju dengan keputusan Jokowi dan mendukung penuh Tito maju sebagai pengganti Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
"So far (partai propemerintah) oke. Semalam saya tanya, semua berikan apresiasi positif, termasuk pemimpinnya," ujar Luhut.
Tumpuan Harap
Selama ini, kinerja Polri dalam penegakan hukum menjadi sorotan publik. Salah satunya soal rekening gendut. Oleh karena itu, banyak harapan yang ditampukkan ke Tito jika lolos uji kelayakan dan kepatutan.
Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan perlu ada Polri dalam kinerja Polri, terutama pada pendekatan penanganan kasus. Dia berharap Tito dapat tegas dengan senior yang terbukti bersalah. Terlebih, dia merupakan jenderal bintang tiga yang paling muda di Polri.
Sisi lain, Tito merupakan polisi yang tidak memiliki catatan negatif.
"Selama bertugas tidak ada catatan drastis misalnya tidak ada rekening gendut dan korupsi, saat pimpin (Polda) Metro ini konsisten. Tidak hebat betul, tapi sudah teruji di Polda Metro," kata Bambang saat dikonfirmasi, Rabu 15 Juni 2016.
"Inilah tantangan Tito, saya kira berani hadapi senior-senior. Mudah-mudahan tidak segan hadapi senior yang salah. Jangan nanti kompromi," lanjut purnawirawan Polri itu.
Pihak Polri mengaku akan mendukung penuh Tito yang merupakan lulusan terbaik Akpol 1987 saat resmi menjadi Kapolri. Dukungan itu antara lain dengan mengikuti sejumlah program-program yang ia gagas ketika ia sudah bertugas nanti menjadi kapolri.
"Kami siap untuk menyukseskan program beliau jika akhirnya nanti akan terpilih. Siapapun (calon yang dipilih), pasti kami dukung," tutur Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun menyambut baik kabar soal calon Kapolri. KPK berharap kerja sama dengan Polri yang selama ini sudah baik akan semakin baik dengan Tito jadi Kapolri.
"Kerja sama yang sudah baik dan ke depan akan semakin baik," kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan dalam pesan tertulisnya, Rabu 15 Juni 2016.