Mengapa Perlu Ada Jumantik di Setiap Rumah?

Nyamuk penular demam berdarah, Aedes aegpty, tidak hanya senang bersarang di tempat-tempat terbuka tapi juga di area privat sebuah rumah.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 16 Jun 2016, 13:00 WIB
Nyamuk pembawa virus Dengue biasanya mengigit daerah kaki. Karena itu, keluarlah dengan mengenakan celana panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Nyamuk penular demam berdarah, Aedes aegpty, tidak hanya senang bersarang di tempat-tempat terbuka tapi juga di area privat sebuah rumah, seperti bak mandi di dalam kamar. Berdasarkan hal itulah Kementerian Kesehatan meluncurkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik sejak tahun lalu.

Untuk itu diperlukan juru pemantau jentik (jumantik) dari anggota keluarga. Tugasnya memantau jentik-jentik nyamuk yang ada di lingkungan rumah. Jika ada harus dibasmi setiap jentik serta meniadakan genangan air, baik di luar maupun dalam rumah.

"Jika jumantiknya berasal dari salah satu anggota keluarga, ia bisa masuk ke area-area privat yang ada di rumah tersebut. Dan lakukan pemantauan setiap minggu karena nyamuk hidup 8-10 hari. Jika dalam satu tahun ada 52 minggu, lakukan 52 kali," tutur Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Subuh, dalam peringatan ASEAN Dengue Day di Jakarta, Rabu (15/6/2016).

Bila rata-rata setiap keluarga Indonesia ada empat orang dengan penduduk Indonesia 250 juta orang maka sekurang-kurangnya ada 65 juta jumantik di Indonesia. Bila gerakan ini benar-benar berjalan diharapkan kelak tidak ada lagi penularan demam berdarah dari nyamuk Aedes aegypty di Indonesia.

Di Indonesia kasus demam berdarah jumlahnya naik turun. Namun yang pasti kasusnya ada sepanjang tahun. Memang dalam lima dasawarsa terakhir pemerintah sukses menurunkan angka kematian demam berdarah. Pada 1968 ada 41 persen pasien DB meninggal dunia, namun pada 2015 hanya 0,9 persen. Ini artinya dari 100 pasien DB tidak lebih dari satu orang yang meninggal dunia.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya