Liputan6.com, Jakarta - Saat memutuskan untuk makan di restoran, sudah menjadi suatu aturan tidak tertulis bagi pria untuk membayar penuh. Sekalipun wanita tersebut sudah memiliki penghasilan, biasanya pria diharapkan jadi pihak yang mengeluarkan uang.
Namun, melansir dari Marketwatch.com, (16/6/2016) pria tidak harus selalu menjadi pihak yang terbebani. Suatu hubungan bisa terancam bubar hanya karena pria merasa hal tersebut merupakan masalah bagi dirinya.
Meski begitu, terlepas dari keinginan pria untuk membayar ataupun anggapan wanita harus dibiayai, penelitian dari situs keuangan NerdWallet pada 2.000 orang, menunjukkan 82 persen pria dan 72 persen wanita beranggapan pria wajar membayar pada kencan pertama.
Baca Juga
- Studi: Wanita Unggul di Pendidikan, Tertinggal Saat Berkarier
- Studi: Wanita Cenderung Ikuti Tren Supaya Terlihat Kaya
- Studi: Hadiah Uang Tunai Jadi Pemberian Tanda Cinta
Advertisement
Setelah itu, rata-rata 40 persen, baik pria maupun wanita setuju untuk membagi dua atau gantian membayar saat hubungan berlanjut. Hal tersebut bisa saja berlangsung pada kencan ketiga atau seterusnya.
Memang rasanya tidak semudah itu. Dalam sebuah studi yang dilakukan asisten profesor psikologi Chapman University, David Frederick dari 7.000 orang yang berhubungan serius menunjukkan 84 persen pria dan 58 persen wanita mengaku sebagian besar kencan dibayar oleh pria.
Ada dua kemungkinan, entah pria yang memang bermurah hati atau perempuan yang menganggap bayarannya tidak seberapa. Tetapi penelitian tahun 2013 yang dilakukan oleh American Sociological Association menemukan dari 57 persen wanita yang menawarkan diri membayar, 39 persennya berharap pria akan menolak tawaran tersebut.
Padahal, pria maupun wanita yang berusia 20-an cenderung menggaungkan kesetaraan gender. Hal ini sudah menjadi budaya fenomenal. Namun rasanya tetap saja etika saat berkencan dan peran gender dalam hal ini sulit diubah. (Shabrina Aulia Rahmah/Ndw)