Liputan6.com, Jakarta Pilkada DKI Jakarta 2017 ternyata tak hanya melibatkan partai politik dan para calon, melainkan juga organisasi kemasyarakatan, salah satunya adalah Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat). Ormas tersebut mendeklarasi dukungan terhadap Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat untuk maju dalam Pilkada 2017.
"Djarot Saiful Hidayat teruji dan terbukti tidak tersangkut dalam perkara hukum apa pun terkait kapasitasnya selaku pribadi maupun pejabat publik," ujar Sekjen Almisbat Hendrik Dikson Sirait di kantornya, Jakarta, Kamis (16/6/2016).
Advertisement
Hendrik menjelaskan, Djarot selama ini dikenal sebagai sosok merakyat, sederhana, dan menghargai siapa pun tanpa memandang status orang tersebut. Ia pun diharapkan sebagai antitesis dari Ahok, yang dikenal keras dan suka marah-marah.
Dia menambahkan, sosok Djarot tidak kalah dengan calon petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Mantan Wali Kota Blitar itu punya kompetensi dan dibuktikan dengan sejumlah penghargaan.
"Djarot itu pernah lho jadi Wali Kota Terbaik versi Tempo pada 2008. Dia juga pernah di peringkat pertama dalam penerapan E-Goverment di Jawa Timur pada 2010. Dia punya kemampuan," jelas Ketua Umum Almisbat Teddy Wibisana.
Setelah deklarasi ini, Almisbat akan menyerahkan secara formal surat dukungan ke DPD PDIP DKI Jakarta. Mereka paham Djarot merupakan kader dari partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Almisbat menyadari sepenuhnya Djarot Saiful Hidayat merupakan salah satu kader terbaik PDIP. Untuk itu, kami sangat menghargai dan tetap menghormati jika PDIP menimbang dan memutuskan lain terkait Pilgub 2017," jelas Hendrik.
Almisbat berdiri pada 2014 yang beranggotakan para aktivis. Mereka juga mengklaim memiliki anggota 13 ribu dan tersebar di 40 kota serta kabupaten di Indonesia.
"Kita kuat di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Yang pasti kami organisasi relawan yang dalam Pilpres 2014 lalu usung Jokowi-JK. Kami isinya mantan aktivis," tegas Hendrik.
Alasan Tidak Pilih Ahok
Ketika ditanyakan kenapa tidak mendukung Ahok, Almisbat mengaku memiliki 3 alasan utama yang membuat mereka tidak ingin Ahok kembali memimpin DKI Jakarta.
"Jokowi berbeda dengan Ahok. Jokowi itu pendekatannya humanis, rakyat dianggap sebagai partisipan. Beda dengan Ahok, pendekatan dia tidak manusiawi," kata Hendrik.
Alasan kedua, program-program yang dibanggakan Ahok saat ini merupakan peninggalan Jokowi. Hendrik mencontohkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
"Dalam kasus penggusuran, dia sudah bilang siapkan rusun. Itu rusun disiapkan Jokowi," terang dia.
Alasan terakhir, lanjut Hendrik, Ahok terlalu arogan dan perkataannya suka menyakiti hati rakyat. Pemimpin yang baik diharapkan untuk mengayomi, bukan mencaci maki rakyatnya.
"Ahok juga suka asal nyablak. Ketika ada demo dari nelayan Teluk Jakarta, Ahok bilang itu bukan nelayan. Demonstran sampai keluarkan KTP. Harusnya bukan itu yang diperhatikan, tapi kritik apa yang disampaikan," jelas Hendrik.