Menanti Tito di Pucuk Komando Korps Bhayangkara

Presiden Jokowi resmi menyodorkan nama Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal kapolri ke DPR RI.

oleh Ilyas Istianur PradityaDevira PrastiwiSilvanus Alvin diperbarui 17 Jun 2016, 00:01 WIB
Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi III DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (16/6). Rapat tersebut membahas APBN Perubahan 2016 dan RKAK/L tahun 2017. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa pengganti Jenderal Badrodin Haiti sebagai kapolri tak lama lagi akan terjawab. Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi menyodorkan nama Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal kapolri ke DPR RI.

DPR pun merespons dan segera menindaklanjuti surat tersebut. Ketua DPR Ade Komarudin menyatakan, DPR mengusahakan agar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) dapat dilakukan pada Juni 2016.

"Yang penting proses DPR, kemudian fit and proper test, dan bagus (hasilnya)," ucap Ade Komarudin saat meninjau Stasiun Gambir Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.

Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menyatakan, DPR akan mengumumkan keputusan persetujuan pencalonan Tito sebagai kapolri pada 28 Juni 2016 dalam sidang paripurna.

Komisi III Bidang Hukum DPR akan ngebut membahas pencalonan Tito untuk menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang akan pensiun pada Juli 2016.

"Rencananya akan diumumkan di paripurna tanggal 28 Juni sebelum libur Lebaran," kata Bambang Soesatyo ketika dihubungi Liputan6.com, Kamis 16 Juni 2016.

Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini yakin tidak ada resistensi berarti terhadap pencalonan Tito karena prestasinya yang sudah teruji.

Tito sendiri menyatakan siap menjadi orang nomor satu di Korps Bhayangkara. Tito yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu mengaku sudah mengetahui tentang pencalonannya.

"Ya sudah mendengar. Sudah diberitahu Mensesneg dan Seskab. Ini perintah bagi saya. Saya memahami saya termasuk junior dalam generasi kepolisian, tapi ini perintah sebagai prajurit dan tidak boleh langgar perintah. Apalagi perintah dari presiden. Pasti akan saya lakukan semaksimal mungkin apapun risikonya," ucap Tito di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.

Tito mengaku dirinya sempat menolak ketika diusulkan jadi calon kapolri. Dia ingin agar para seniornya terlebih dahulu yang menjabat posisi puncak kepolisian itu.

"Saya mengharapkan senior yang maju, sehingga saya menolak secara halus ketika Pak Kapolri menanyakan kesediaan saya," ungkap dia.

Namun kini, dirinya tidak bisa menolak karena sudah ditunjuk langsung oleh Presiden Jokowi. "Ketika presiden memilih seseorang, maka seluruh organisasi Polri loyal kepada pimpinan negara," papar Tito.

Polisi kelahiran 26 Oktober 1964 ini mengaku, sebelum ditunjuk menjadi calon kapolri, dirinya pernah menemui Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.

"Saya sampaikan (ke Kapolri dan Menko Polhukam) sebaiknya senior yang diberi tempat karena saya merasa junior. Tapi, ketika tiga atau dua hari yang lalu saya diminta pendapat, pandangan saya sama mendorong senior (maju jadi kapolri)," ujar Tito.

Ketika resmi terpilih menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Tito berjanji merangkul semua pihak, terutama senior-seniornya di kepolisian. Dia optimistis dapat merangkul semua pihak dengan pengalamannya.

"Waktu Kapolda Papua, saya digantikan dengan senior angkatan 71, kemudian saya digantikan senior 81, saya sendiri 87. Hubungan kami sangat baik dengan senior-senior," ucap Tito.

Hal tersebut juga terjadi saat dia bekerja sebagai Kapolda Metro Jaya.

"Di Polda Metro juga sama. Wakil saya angkatan 83, orang ketiganya 85, saya angkatan 87. Kemudian pejabat utama banyak angkatan 83, 84, 85, 86. Kami bisa kerja sama dengan baik," kata Tito.

Pada prinsipnya, lanjut dia, masalah senior itu memang penting. Tapi yang utama adalah interpersonal skill, yaitu membangun hubungan dengan semua pihak. Namun, itu bukan berarti menyenangkan semua pihak.


Siapkan Program

Polda Metro Jaya, Tito Karnavian memberikan keterangan saat rapat koordinasi pengamanan final Piala Presiden 2015, Jakarta, Jumat (16/10/2015). Rapat dihadiri oleh suporter Persija, Persib dan personil TNI dari Kodam Jaya. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Menjadi calon tunggal kapolri, Tito Karnavian mengaku sudah menyiapkan sejumlah program kerja. Mantan Kepala Densus 88 ini akan membuat program jangka pendek dan panjang untuk reformasi internal polri.

"Jangka pendek mungkin satu tahun, jangka panjang sekitar empat tahun. Saya harus siapkan program lima tahun ke depan (kalau terpilih). Jadi siapa pun yang menggantikan programnya, tetap berlanjut," ujar Tito.

Dia menuturkan reformasi internal nantinya akan berpengaruh juga pada birokrasi dan mentalitas pelayanan masyarakat yang lebih baik.

"Menekan semaksimal mungkin budaya korupsi dan pelanggaran-pelanggaran anggota. Ini penting dilakukan dengan mekanisme sistem yang baik seperti sistem rekrutmen, karir dan reward and punishment yang objektif," papar dia.

Kalau nanti reformasi internal berjalan, lanjut dia, output-nya juga akan baik.

"Pelayanan publik membaik, kemudian profesionalisme dalam penegakan hukum, serta situasi keamanan dan ketertiban nasional lebih baik karena polisinya baik," tutur dia.

Tito mengaku tak masalah karena dia adalah angkatan muda di kepolisian dan harus melewati empat generasi di atasnya.

"Saya pikir bukan masalah muda atau tua, senior atau junior. Lebih penting kemampuan, kapabilitas, leadership, dan skill. Banyak organisasi  yang mungkin dipimpin oleh senior tapi kemudian juniornya tidak loyal," ucap Tito.

Dia juga tidak merasa sungkan kepada para seniornya karena dirinya yakin didukung untuk menjadi calon Kapolri.


Alasan Jokowi

Lihat apa yang dilakukan oleh Jokowi kepada santri asal Pekalongan yang salah menyebutkan nama 3 menteri ini.


Presiden Joko Widodo atau Jokowi memiliki alasan mengapa‎ mengajukan KomjenTito Karnavian menjadi calon tunggal kapolri.

Jokowi mengungkapkan, Tito memiliki beberapa kelebihan yang dianggapnya mampu mengemban jabatan untuk memimpin Polri dalam beberapa tahun ke depan.

‎"Saya meyakini beliau mempunyai kemampuan, cerdas, mempunyai kompetensi yang baik, dan kita berharap DPR bisa segera memproses ini," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.

Tidak hanya itu, Jokowi juga mengakui kemampuan Tito dalam membangun jaringan dengan instansi lain yang berkaitan dengan penegakan hukum. Prestasi Tito yang pernah mendapatkan Adhi Makayasa saat menjadi lulusan terbaik Akpol 1987, juga menjadi nilai tambah Tito di mata Jokowi.

Jokowi berharap, jika nanti DPR menyetujui penunjukan Tito, mantan Kapolda Metro Jaya ini dapat meningkatkan profesionalisme Polri sebagai pengayom masyarakat, dan memperbaiki kualitas penegakan hukum, terutama terhadap kejahatan narkoba, terorisme, dan korupsi.

Mengenai banyaknya pihak yang mengomentari soal masih juniornya Tito untuk mengemban jabatan Kapolri, Jokowi tidak ambil pusing. "Ya nanti itu urusanKapolri," tegas Jokowi.

Jokowi menyatakan, pemilihan Tito sudah melalui banyak pertimbangan. "Saya telah mendapatkan masukan, baik dari Polri, Kompolnas, juga masukan-masukan dari masyarakat," kata Jokowi.

Jokowi menyebutkan, surat penunjukanTito Karnavian diserahkan ke DPR pada Rabu 15 Juni 2016. Proses pergantian Kapolri, telah sesuai dengan‎ Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.


Badrodin Haiti Nilai Tepat

Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti memberikan keterangan pencapaian kinerja selama 2015 di Mabes Polri Jakarta, Selasa (29/12/2015). Badrodin Haiti mengungkapkan sudah menindak ratusan anggota yang terbukti melanggar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menilai usulan Komjen Tito Karnavian sebagai kapolri sudah tepat. "Semua pejabat Polri akui kelebihan Tito, cuma masih junior. Kalau dari sisi kemampuan, kita mengakui," kata Badrodin, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.

Tito merupakan lulusan Akademi Polisi 1987. Badrodin menyampaikan bukan lagi masa nya, yang tua yang memimpin. Pola pikir tersebut harus diubah, selama yang muda memiliki kemampuan.

"Muda kalau punya potensi, ya boleh. Siapa yang punya kemampuan yang memimpin, bukan lihat angkatannya," tegas Badrodin.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menyatakan, tidak akan ada  masalah dengan diajukannya Tito Karnavian sebagai calon kapolri. Walaupun, Tito melangkahi beberapa angkatan.

"Insya Allah tak ada masalah, internal patuh, dan loyal apa yang diputuskan presiden," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.

Boy juga menjamin, tidak akan adanya kisruh atau hal-hal yang dapat mengganggu integritas Polri. Ia yakin Korps Bhayangkara itu tak akan goyah, meski pimpinan mereka lebih muda.

"Jadi keraguan itu tak akan terjadi, pasti roda organisasi akan berjalan normal setelah ada pergantian," lanjut Boy.

Bahkan kemesraan TNI-Polri dijamin tak akan terganggu dengan adanya pimpinan baru.

"Selama ini Polri jalin hubungan baik dengan TNI, jadi termasuk pimpinan Bapak panglima TNI Kepala Staf dan jajaran ke bawah sejauh ini proses kemitraan di lapangan itu juga terjadi," jelas Boy.

Boy menambahkan, Polri akan mendukung penuh Tito yang merupakan lulusan terbaik Akpol tahun 1987 saat nantinya resmi menjabat kapolri. Dukungan itu antara lain dengan mengikuti sejumlah program-program yang digagas ketika sudah bertugas nanti jadi kapolri.

"Kami siap untuk menyukseskan program beliau jika terpilih. Siapapun (calon yang dipilih), pasti kami dukung," tutur Boy.


Respons Positif Buwas

Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian (kiri) berjabat tangan dengan Kepala BNN Komjen Budi Waseso saat menghadiri RDP dengan komisi III DPR di Jakarta, Kamis, (16/6). Rapat membahas APBN Perubahan 2016 dan RKAK/L tahun 2017. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo telah merekomendasikan Komjen Tito Karnavian sebagai satu-satunya calon Kapolri ke DPR. Padahal, masih banyak jenderal bintang tiga lainnya yang lebih senior daripada dia. Salah satunya Komjen Budi Waseso.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu juga disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Jenderal Polisi Badrodin Haiti.

"Ya sudah ikuti itu dong. Keputusan Presiden itu yang terbaik," kata pria yang akrab disapa Buwas itu di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Rabu 15 Juni 2016.

Dia menegaskan tidak mempermasalahkan soal senior-junior. Tidak ada jurang pemisah senior dan junior dalam kesatuan Kepolisian Indonesia untuk menjadi Kapolri.

Bagi dia, pencalonan seseorang sebagai Kapolri dilihat dari kemampuan seseorang untuk memimpin dan memajukan citra kepolisian.

"Enggak ada masalah senior junior. Yang jadi pilihan Presiden juga yang terbaik," terang Buwas.

Mantan Badan Reserse Kriminal Polri itu mendukung penuh jika memang Tito nantinya terpilih menjadi Kapolri.

"Saya dukung Pak Tito," pungkas Budi Waseso sambil mengangkat kepalan tangan kanannya.

Buwas memuji rekam jejak Tito. Menurut dia, Tito merupakan polisi yang baik.

"Kalau kita lihat perjalanan beliau (Tito), track record-nya sangat baik. Beliau adalah salah satu putra terbaik di Polri," ujar Buwas usai rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.

Sehingga, kata dia, Tito sangat layak memimpin instansi Polri ke depan. Dia pun berharap senior-senior di Polri mendukung Tito.

"Mudah-mudahan dengan dukungan termasuk senior-senior, kita dukung Pak Tito untuk melaksanakan tugas yang tentunya berat, tapi manakala dikerjakan bersama-sama dengan visi misi yang satu, saya kira bisa. Kepolisian ke depan harus lebih baik," ucap dia.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dam HAM Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Presiden Jokowi  sejak lama mendambakan KomjenTito Karnavian memegang tongkat komando Kapolri.

Luhut mengatakan dirinya dan Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) juga menggadang nama Tito saat merekomendasikan tiga kandidat pengganti Jenderal Polisi Badrodin Haiti.

"(Ide menunjuk Pak Tito) Sudah lama. Kami dan Kompolnas mengusulkan tiga nama (salah satunya Tito) ke Presiden. Ya Presiden milih dia (Tito)," ungkap Luhut di Gedung Kementerian Polhukam, Rabu 15 Juni 2016.

Dengan diusungnya Tito menjadi Kapolri, maka otomatis terjadi regenerasi di institusi Bhayangkara. Luhut menjelaskan, penunjukan mantan Kapolda Metro Jaya sudah melalui tahap pembahasan, antara presiden dengan banyak pihak yang menganggap Tito layak.

"Ya sebagai Presiden dia juga punya feeling ya, setelah mendengar banyak-banyak masukan soal Kapolri ini," ucap Luhut yang juga menjabat sebagai Ketua Kompolnas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya