Waspada, Jajanan Takjil di Bogor Mengandung Zat Kimia Berbahaya

Beberapa makanan yang positif mengandung zat berbahaya antara lain lontong dan otak-otak serta tahu goreng.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 17 Jun 2016, 09:17 WIB
Jajanan takjil untuk berbuka puasa yang tengah diperiksa Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Kamis (16/6/2016). (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Warga Kota Bogor, Jawa Barat diminta teliti dan waspada terhadap makanan takjil yang mengandung zat kimia berbahaya terhadap kesehatan. Sebab, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor menemukan makanan mengandung zat kimia berbahaya.

Penganan menu berbuka puasa yang diperjualbelikan warga di Jalan Ahmad Sobana, Kota Bogor itu diketahui mengandung boraks, rhodamin-B atau zat pewarna tekstil, dan formalin. Hal itu diketahui saat digelarnya razia pada Kamis (16/6/2016) petang.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Bogor Mangahit Sinaga menyebutkan, beberapa makanan yang positif mengandung zat berbahaya antara lain lontong dan otak-otak serta tahu goreng. Sedangkan kerupuk mi mengandung rhodamin-B atau zat perwarna.

"Kalau untuk ikan, cumi, mi golosor, kwetiaw, batu es, kue basah dan kue putri ayu harus menunggu hasil diuji lab. Tapi makanan itu terindikasi mengandung formalin karena dilihat dari tekstur dan aromanya sangat beda," kata Mangahit.

Dia mengatakan, pedagang yang kedapatan menjual takjil mengandung zat kimia berbahaya langsung disita. "Kami berikan peringatan agar tidak menggunakan zat kimia," kata dia.

Sementara Kasi Perbekaalan Kesehatan POM Dinkes Kota Bogor Nurhaedah mengatakan, 3 dari 9 sampel makanan yang dilakukan pengujian langsung menggunakan tester khusus, ditemukan beberapa item positif mengandung zat kimia berbahaya jenis boraks dan rhodamin-B atau zat pewarna tekstil.

"Untuk 5 jenis makanan lainnya kita ambil untuk diuji lab. Tujuh hari kemudian baru diketahui hasilnya," kata dia.

Nurhaedah mengatakan sengaja memilih berbagai jenis makanan takjil untuk dites karena banyak dikonsumsi masyarakat untuk menu buka puasa ataupun sahur.

"Kami lakukan ini untuk mengawasi penjualan makanan, agar hasilnya diketahui masyarakat sehingga lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih menu takjil untuk berbuka puasa," ucap dia.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya