Liputan6.com, Jakarta Puasa sejatinya bukan hanya menahan haus dan lapar, melainkan juga mengendalikan hawa nafsu atau emosi.
Emosi yang secara signifikan bisa berubah sewaktu-waktu perlu dikelola dengan baik agar puasa tak menjadi sia-sia.
Advertisement
Melansir laman Psyschology Today, James Gross, psikolog dari University of California, Berkeley, melakukan studi tentang emosi pada 2011. Berdasarkan studi tersebut Gross menyarankan model pengelolaan emosi secara bertahap sebagai berikut:
1. Sadar situasi
Memilih untuk menghindari situasi yang bisa memicu amarah adalah salah satu langkah tepat mengelola emosi. Misalnya Anda berangkat 10 menit lebih awal demi menghindari terpancingnya emosi karena kondisi jalanan macet.
2. Alihkan emosi
Saat berada dalam diskusi atau debat pekerjaan yang memanas, jangan terburu-buru menaikkan emosi. Belajar dan biasakan diri untuk tetap tenang akan membantu Anda mengelola emosi dengan baik. Caranya dengan membayangkan suatu hal yang bisa membuat tenang dan senang. Ketika pikiran sudah stabil, Anda bisa membantu situasi yang memanas jadi lebih damai.
3. Ubah pola pikir
Emosi biasanya memuncak ketika kita selalu memikirkan hal negatif dan mengabaikan kebahagiaan. Kecemasan, kegagalan, dan rasa pesimis bisa memicu tingkat emosi Anda. Untuk menghindarinya, coba buat beberapa pilihan sebelum bertindak. Antisipasi akan membuahkan hasil yang baik bagi diri Anda.
4. Ubah respons
Saat emosi menghampiri pikiran, langkah terakhir yang bisa dilakukan untuk mengendalikannya adalah dengan mengubah respons atau reaksi. Tenangkan diri dengan ambil napas dalam-dalam sambil menutup mata sejenak. Cara ini ampuh untuk mengumpulkan daya batin positif.