Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan Bekantan yang kini terancam punah, ternyata menarik perhatian sepasang anak kembar yang kemudian menggalang dana untuk menjamin keberadaanya di alam bebas.
Adalah Gabriella Thohir dan Giovanna Thohir yang kemudian meluncurkan The Bekantan Twins Project sebagai aksi nyata untuk menyelamatkan satwa dari pulau Kalimantan tersebut.
Kali ini, keduanya berkolaborasi dengan platform penggalangan dana, Kitabisa.com, sebagai kelanjutan dari penggalangan dana bernama 'Activion Day' yang sebelumnya telah dilakukan pada 2014 lalu.
Baca Juga
Advertisement
"Penggalangan dana kali ini dilakukan untuk pembangunan fasilitas konservasi Bekantan di Pulau Bakut. Jadi, ada fasilitas rumah renovasi, titian jalan untuk observasi bekantan, dan pembangunan dermaga," ujar Gabriella, saat ditemui tim Tekno Liputan6.com, Kamis (17/6/2016), kemarin.
Dana yang dibutuhkan pada penggalangan kedua ini sendiri adalah Rp 200 juta. Saat ini, sudah terkumpul sekitar Rp 20 juta dengan batas akhir pengumpulan pada Agustus 2016.
Lebih lanjut, keduanya juga menuturkan kegiatan ini tak sekadar bertujuan untuk menyelamatkan Bekantan dari kepunahan, tapi sekaligus meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian primata.
"Lewat kegiatan ini, kami berharap akan banyak muncul kegiatan sejenis lainnya dalam rangka penyelamatan primata dari kepunahan," ujar Giovanna. Program The Bekantan Twin Project sendiri sudah mulai dirintis sejak 2013.
Keduanya yang kini mahasiswi University of California dan University of Southern California juga menuturkan Bekantan dipilih karena hewan tersebut merupakan hewan asli Indonesia yang ternyata kurang mendapat perhatian.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2008 hanya tersisa sekitar 25.000 ekor hewan yang bernama ilmiah Nasalis larvatus itu di habitat aslinya.
Untuk itu, jika Bekantan punah, seluruh anggota genus Nasalis juga turut hilang, sebab hewan tersebut satu-satunya monyet yang di genus Nasalis.
Di sisi lain, Vikra Ijas, Chief Marketing Officer Kitabisa.com, menuturkan penggalangan dana untuk proyek ini dilakukan dengan memanfaatkan kreativitas penggalang.
Menurutnya, hal itu dilakukan agar membuat penggalangan dana lebih menarik. Terlebih, penggalangan dana untuk kegiatan konservasi alam antusiasmenya tak sebesar program lain, semisal untuk orang sakit.
"Kita mengajak penggalang dana untuk membuat program sekreatif mungkin sesuai dengan ketertarikannya, misalnya seorang penggalang dana dapat memakai hidung bekantan selama seminggu ketika dana yang terkumpul berhasil mencapai target tertentu," ujarnya.
Tak hanya itu, nantinya empat orang yang berhasil mendapatkan dana terbanyak akan ikut serta Gabriella dan Giovanna mengunjungi pulau Bakut dan melihat bekantan langsung di habitatnya.
Program ini juga didukung oleh Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN). Selain itu, ada pula dukungan dari Balai Konservasi Daya Alam dan Sahabat Bekantan Indonesia. Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dapat langsung mengunjungi tautannya di sini.
(Dam/Ysl)