Liputan6.com, Orlando - Pada 15 Juni 2016, seorang bocah berumur 2 tahun diseret alligator di dekat Disney Grand Floridian Resort & Spa, Orlando. Setelah misi pencarian dilakukan sekitar 18 jam, tim penyelam akhirnya menemukan jasad balita malang yang diserang oleh spesies buaya tersebut.
Sherif Orange County, Jerry Demings, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa tak ada insiden serupa terjadi di area tersebut.
Tragedi tersebut pun memicu pertanyaan dari orang-orang, yakni seberapa besar bahaya alligator dan apakah aman untuk mengunjungi habitat mereka. Atas pertanyaan tersebut, tim BBC menghubungi ahli alligator.
Menurut penjelasan ahli, hanya terdapat dua jenis alligator, yakni Chinese alligator yang berukuran kecil dan American alligator yang dapat tumbuh lebih dari 1,5 meter.
American alligators atau alligator Amerika sangat melimpah di Florida karena berhasilnya program konservasi. Ada lebih dari satu juta populasi alligator yang tersebar di 67 kabupaten.
Baca Juga
Advertisement
Ahli ekologi dari University of Georgia, Lucas Nell, menemukan banyak alligator di Florida selama penelitiannya. Mereka biasanya ditemukan di rawa-rawa dan sungai. Walaupun keberadaannya melimpah, namun jarang terjadi serangan.
Menurut penjelasan Nell, alligator takut dengan manusia. "Mereka telah diburu semenjak bangsa Eropa tiba di Amerika, dan hampir punah."
Berdasarkan laporan yang dirilis pada 2010, terdapat 81 serangan alligator selama tahun 1928 hingga 2009 di Amerika Serikat. Dari angka itu, hanya terdapat 24 korban meninggal yang disebabkan serangan tersebut.
"Tak diketahui apakah korban diserang terlebih dahulu atau mereka telah tenggelam lalu dimangsa (oleh alligator)," ujar penulis laporan tersebut, Rick Langley, dari North Carolina Department of Health and Human Services in Raleigh.
Jika dilakukan perbandingan, hanya terdapat 0,06 serangan dari 100.000 orang per tahun, di mana angka tersebut terbilang sangat rendah.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dari 23 spesies buaya, 8 di antaranya melakukan serangan tak beralasan kepada manusia, di mana alligator Amerika termasuk ke dalamnya.
Namun, IUCN juga mengatakan bahwa hanya 6 persen serangan alligator yang berakibat fatal. Angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan 63 persen kematian yang disebabkan buaya Nil dan 25-50 persen buaya air asin.
Dikutip dari BBC, Jumat (17/6/2016), alligator biasanya lebih tak mematikan dari buaya karena pemilih terhadap mangsanya. Reptil tersebut memangsa binatang yang lebih kecil dari manusia dewasa, seperti ikan, burung, reptil, dan mamalia kecil.
Sayangnya, anak-anak memiliki ukuran yang sama dengan mangsa alligator sehingga mereka menjadi target hewan buas tersebut. Namun, serangan kepada anak-anak termasuk jarang karena menurut laporan tahun 2010 angkanya hanya 13,1 persen.
Pooley dan Nell mengatakan hal yang sama bahwa serangan alligator sebenarnya mudah untuk dicegah, dengan catatan orang-orang mematuhi peraturan yang telah ada.
Menurut Nell, jika peraturan tersebut dipatuhi maka orang-orang sebenarnya dapat tinggal berdampingan dengan alligator.
"Hidup berdampingan dengan predator berbahaya mengharuskan kita untuk memahami perilaku mereka dan bertindak secara bertanggung jawab di sekitarnya," ujar Pooley.
Kunci utamanya adalah memastikan semua orang, terutama pengunjung dan turis, memahami peraturan yang ada.
"Saya pikir orang-orang tak cukup menyadari keberadaan mereka (alligator) yang menyebar, khususnya sekarang. Ini merupakan musim puncak alligator menjadi aktif," jelas Pooley.