Liputan6.com, Eindhoven - Pemilik perumahan di Belanda menawarkan pemotongan biaya sewa sebesar 100 Euro atau Rp 1,5 juta per bulan jika penyewa mampu membantu para pengungsi bergabung dengan masyarakat setempat.
Perusahaan perumahan Trudo yang berbasis di Eindhoven tersebut, mengatakan bahwa para penghuni akan mendapatkan diskon jika mereka setuju untuk menghabiskan 10 jam per minggu untuk membimbing imigran baru dalam urusan dengan birokrasi Belanda dan mengajarkan mengenai aturan dan adat istiadat tuan rumah.
"Kami berharap mereka akan melakukan dua hal. Pertama, mereka harus membantu imigran untuk tinggal di rumah baru mereka, mengenal para tetangga, dan belajar hal-hal seperti kapan mengeluarkan sampah," ujar Managing Director Trudo, Thom Aussems.
"Kedua, mereka dapat bertindak seperti liason officer (LO) atau penghubung ketika imigran berhadapan dengan institusi seperti belajar bahasa, pendidikan, bekerja, dan keamanan sosial, jadi mereka dapat menyoroti masalah dengan cepat," imbuhnya.
Pemilik perumahan, yang memiliki dan mengatur sekitar 30 persen perumahan di Belanda, berkewajiban untuk mengakomodasi 'status holders', yakni pengungsi yang memiliki izin sah untuk tinggal.
Baca Juga
Advertisement
Inisiatif tersebut merupakan salah satu tujuan di Eropa, di mana orang-orang berusaha membantu para pengungsi untuk menyesuaikan diri, berbaur, bahkan mencari pekerjaan.
Trudo beroperasi di beberapa wilayah yang sangat berkekurangan di Eindhoven. Aussems mengatakan bahwa sewa rata-rata per bulan sekitar 435 Euro, jadi potongan harga 100 Euro merupakan ukuran adil bagi penyewa dengan pendapatan rendah.
Dikutip dari The Guardian, Jumat (17/6/2016), ide tersebut muncul pada proyek 2007 di mana penyewa muda diberi diskon serupa dengan catatan mereka membantu anak sekolah setempat mengerjakan pekerjaan rumah mereka.
"Kami ingin mencegah hilangnya generasi. Dalam waku 4 tahun, kami telah membantu 350 anak. Itu adalah hasil yang fantastis," tutur Aussems.
"Jadi kami mencari daerah lain di mana strategi yang sama bisa diadopsi. Kami mengindentifikasi 7 atau 8, salah satunya dapat dijadikan tempat para pengungsi menetap," imbuhnya.
Isu mengenai pengungsi telah menjadi masalah di beberapa tempat di Belanda, di mana aplikasi suaka meningkat dua kali dari tahun 2015 menjadi 59 ribu.
Beberapa kerusuhan pun terjadi, salah satunya ketika diadakan pertemuan dewan yang membahas tentang pusat penampungan pengungsi di mana aparat kepolisian harus diterjunkan.
Aussems mengatakan, insentif yang diberikannya dirancang untuk meredakan ketegangan antara penduduk lokal dan pengungsi sebelum mereka mencapai titik kritis.
"Ketegangan terjadi ketika orang-orang tak mengenal, memahami, dan berbicara satu sama lain. Jika kamu memberi mereka kesempatan mereka untuk terhubung satu dengan lain dan bekerja sama, hal tersebut akan lebih efektif dan efisien daripada melakukannya melalui jalur birokrasi," jelasnya.