Liputan6.com, Jakarta Rasa kaget bercampur tidak percaya melanda Jyotsna Kaki setelah ia mendapat panggilan kerja dari salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia. Wanita 33 tahun ini tidak pernah menyangka bahwa ia mampu mendapat pekerjaan di Google.
Melansir laman CNBC.com, Sabtu (18/6/2016), perjalanan hidup yang harus ditempuh Jyotsna Kaki memang tidak mudah. Ia dilahirkan dalam kondisi normal. Wanita ini juga masih bisa merasakan masa kecil yang normal. Namun semua itu berubah sejak ia didiagnosa memiliki tumor yang menyangkut di otaknya.
Advertisement
Tumor tersebut pun lama kelamaan membuat penglihatannya kabur. Hingga pada 2004, kondisi penglihatannya benar-benar hilang.
Keluarga dan orang tua Jyotsna tetap berusaha agar kondisi anaknya dapat pulih seperti semula. Mereka memutuskan untuk melakukan operasi pada Jyotsana. Namun sayang, kondisinya pun tidak benar-benar bisa kembali seperti sedia kala.
Semangat hidup besar yang dimiliki Jyotsna tidak membuatnya putus asa. Walau memiliki keterbatasan ia tetap berusaha untuk menyelesaikan studinya sesaat setelah operasi penyembuhannya dilakukan.
Ia bahkan memaksa orang tuanya untuk tetap memasukkannya ke perguruan tinggi walau memiliki kondisi yang sudah tidak sama dengan teman-temannya yang lain. “Saya ingin cepat bisa menjadi mandiri lagi,” ungkap dia.
Usaha kerasnya pun berbuah manis. Studi di tingkat perguruan tinggi mampu diselesaikan dengan sangat baik. Ia bahkan mendapat penghargaan tambahan dari kampusnya sebagai salah satu lulusan terbaik.
Jyotsna akhirnya mendapat pekerjaan sebagai salah satu staf IT di laboratorium perangkat lunak di kampusnya. Siapa sangka, pekerjaan itulah yang akhirnya membuatnya mendapat pekerjaan di Google.
Tanpa sepengetahuannya, kakaknya ternyata mengirim lamaran atas namanya ke kantor Google. Pihak Google ternyata suka akan profil dan ide yang dimiliki Jyotsna Kaki. Ia pun dipanggil untuk mendapat tawaran pekerjaan dari salah satu perusahaan paling bonafit di dunia tersebut.
Jyotsna Kaki kini bekerja di google sebagai salah satu insinyur. Tugasnya adalah untuk mengetes setiap produk Google untuk lulus uji tes aksesibilitas.
“Impian terbesar saya adalah ingin menjadi individu yang bisa melakukan pekerjaan yang memberikan manfaat bagi orang lain” tutupnya. (vna/nrm)