Stan Larkin, 500 Hari Hidup Tanpa Jantung

Stan Larkin (25), hidup selama 555 hari tanpa jantung, sementara menunggu transplantasi

oleh Retno Wulandari diperbarui 17 Jun 2016, 17:30 WIB
Larkin menjadi orang pertama yang hidup lama dengan perangkat jantung buatan, sebelum akhirnya menerima jantung yang baru pada Mei lalu di University of Michigan Frankel Cardiovascular Center.

Liputan6.com, Jakarta Stan Larkin (25), hidup selama 555 hari tanpa jantung, sementara menunggu transplantasi, seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (17/6/2016).

Pada bulan Mei lalu, dokter di University of Michigan Frankel Cardiovascular Center menemukan donor hati yang cocok dengan Larkin, yang kemudian menggantikan perangkat jantung buatan yang telah membuat Larkin bertahan hidup hingga lebih dari satu setengah tahun.

Pria asal Michigan, Amerika Serikat ini didiagnosa menderita aritmogenik displasia ventrikel kanan (ARVD), yakni suatu bentuk kardiomiopati kondisi kelainan pada otot jantung yang menyebabkan denyut jantung tidak teratur, dan berisiko tinggi menyebabkan gagal jantung hingga kematian yang mendadak.

Ketika ia berusia 16 tahun, Stan Larkin ambruk di lapangan setelah bermain basket. Karena mengancam nyawanya, dokter segera memasang defibrilator untuk memantau aktivitas dan memperbaiki jantung Larkin untuk sementara.

Kemudian penyakitnya berkembang menjadi bi-ventrical displasia, di mana kedua bilik jantung tidak dapat memompa darah. Akhirnya, Larkin masuk dalam daftar tunggu pasien transplantasi jantung.

Menurut Lembaga Pengadaan Organ dan Transplantasi Jaringan di Amerika, rata-rata 22 orang meninggal setiap hari saat menunggu donor jantung.

Spesialis jantung yang menangani, Dr Jonathan Haft, seorang profesor bedah jantung di University of Michigan, mengatakan bertemu Larkin pertama kali, saat berada di ruang ICU dengan sejumlah alat dan selang penyokong hidupnya.

Haft sangat skeptis atas perangkat buatan itu. Tapi Haft tahu ini adalah cara terbaik untuk membuat Larkin tetap hidup hingga mendapat organ jantung yang cocok.

Pada November 2014, dokter mengangkat jantung Larkin dan menggantinya dengan jantung buatan seberat 418 pound. Mesin itu dijuluki "Big Blue," yang membuatnya terbaring di tempat tidur. Kemudian, perangkat baru diciptakan, sebuah driver portable Freedom yang lebih ringan dan telah mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA). Perangkat berbobot 13,5 pound, menjadi jantung sementara bagi Larkin. Larkin cukup membawanya dalam sebuah ransel.

"Ini seperti jantung sungguhan," kata Larkin. “Rasanya seperti membawa ransel dengan buku-buku di dalamnya, seperti jika Anda pergi ke sekolah,"ucapnya.

Larkin menjadi orang pertama yang hidup lama dengan perangkat jantung buatan, sebelum akhirnya menerima jantung yang baru pada Mei lalu di University of Michigan Frankel Cardiovascular Center.

Sementara itu sang kakak Stan Dominique juga didiagnosa ARVD dan mengandalkan jantung buatan. Namun enam mingu kemudian Dominique menerima jantung baru pada 2015. Kedua bersaudara itu didiagnosis sebagai remaja dengan kardiomiopati genetik, jenis gagal jantung yang bisa menyerang orang yang tampaknya sehat tanpa peringatan.

ARVD sendiri merupakan kondisi kelainan jantung yang diturunkan, tetapi juga dapat terjadi pada orang tanpa riwayat keluarga dengan kondisi ini. Bahkan Dominique telah kehilangan dua dari tiga anaknya yang juga menderita gagal jantung bawaan.

Bertahan hidup hingga 11 tahun
Di tengah kabar bahagia itu, Stan bersaudara harus menerima kenyataan pahit dari dokter Haft. Kelangsungan hidup rata-rata bagi mereka yang menjalani transplantasi jantung adalah 11 tahun, yang kira-kira 50 persen pasien akan hidup lebih lama dan 50 persen lagi hanya hidup kurang dari 11 tahun.

"Tentu banyak juga pasien yang mampu bertahan hidup hingga 20 tahun dan seterusnya," kata Haft.

Tetapi transplantasi, menurut Halft tidak menyembuhkan. Hanya memperpanjang kesempatan hidup dan tetap diperlukan pengawasan. Mereka yang menjalani transplantasi jantung akan selalu rentan terhadap masalah kesehatan termasuk kanker, racun lingkungan, dan kondisi jantung. "Ini luar biasa, tetapi bukan obat seumur hidup," kata Haft.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya