Liputan6.com, Hong Kong - Seorang pria sedang membawa anjingnya berjalan-jalan di suatu taman populer di Sai Kung, Hong Kong dan bercanda dengan temannya tentang bertemu ular selagi berjalan-jalan di sana.
"Kalau tidak bertemu ular hari ini, saya kecewa sekali," kata Karl Davies (49) kepada Andrew Chambers, rekannya pada 13 Juni lalu.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari South China Morning Post pada Sabtu (18/6/2016), ia tidak perlu menunggu lama. Beberapa detik kemudian, seekor ular piton berukuran 4,2 meter muncul dan menggigit kakinya.
"Belum satu menit, saya melewati tempat yang pernah ada ularnya tapi sedang kosong. Kemudian…hap!...seekor piton keluar dari semak dan menancapkan taringnya di kaki saya. Kena di betis bagian bawah."
Dalam 30 detik kemudian, ia berusaha keras melepaskan diri dari pagutan ular yang diduga telah menyerang dan membunuh beberapa ekor anjing peliharaan dalam beberapa tahun terakhir sepanjang jalur Family Walk di taman Pak Tam Chung itu.
"Andrew mulai berteriak-teriak,'Lepas! Lepas'. Ia menendang berkali-kali dan menimpuki dengan batu tapi meleset dan malah kena pergelangan kaki saya," kata Davies.
"Saya mencoba membuka rahang ular itu hingga merobek dua jari, lalu mencoba memukul kepalanya dengan batu yang dilemparkan Andrew tapi gagal juga."
"Saya menyeret kaki saya dan mencoba berlari supaya bisa terlepas. Tapi kemudian ular itu mulai melingkar. Saya menariknya memanjang di lintasan dan saya jatuh, lalu melihat ia mencoba lagi melingkar. Ketika saya bangun, ia pun terlepas."
"Setelah bebas, saya berlari terus ke Pak Tam Chung. Saya lihat ke belakang dan melihat panjangnya di lintasan, setidaknya 3 hingga 3,5 meter." Belakangan, pihak Kadoorie Farm and Botanic Gardern menjelaskan bahwa ular itu sepanjang 4,2 meter dengan berat 23 kg.
Pebisnis yang juga anggota tim Pot Bellied Pigs Rugby Club di Hong Kong berguyon tentang pelariannya, "Rasanya seperti menarik beban latihan. Seharusnya menjadi bagian dari latihan para pemain rugby."
"Awalnya seperti ada orang yang menggelayut di lengan. Sama sekali tidak sakit. Saya merasa seperti ada beban di kaki…saya tahu tidak mau sampai piton itu melingkar."
Davies pergi ke kantor Agriculture, Fisheries and Conservation Department (AFCD) di Pak Tam Chung. Di sana, Chambers sudah tiba untuk meminta pertolongan.
Ia dibawa ke Rumah Sakit Tseung Kwan O, dirawat selama 6 jam, dan diperbolehkan pulang, walaupun harus kembali untuk menjahit jari-jarinya.
Tidak kapok
Kisahnya tidak berhenti di sana. Bukannya kapok, dua hari kemudian Davies kembali lagi dengan jari masih terbalut, kali ini bersama dengan penangkap ular Dave Willott.
Segera sesudah tiba di tempat kejadian, mereka melihat piton yang sama sedang menunggu di sisi seberang lintasan benar-benar tersamar karena warna hijau dan coklat pada sisiknya.
Willott, yang sudah menangkap ratusan ular di kawasan Sai Kung, menyambar kepala ular itu dan menyeretnya. Dengan arahan dari Willott, Davies memegang ekor ular itu untuk membantu Willott bergumul 4 menit untuk memasukannya ke dalam karung.
Mereka kemudian membawanya ke jalan terdekat, dan Willott membawanya ke pos polisi Sai Kung. Hewan itu dimasukan dalam kerangkeng dan rencananya dibawa ke Kadoorie Farm and Botanic Garden atau ke dinas hewan AFCD.
Berbicara setelah ular itu dibawa menjauh dari Pak Tam Chung, Davies mengatakan, "Saya merasa lega. Saya tidak cemas waktu menangkapnya. Saya tahu Dave di sana dan dia tahu cara menangani ular, saya merasa nyaman."
Hidup bersama
Davies mengatakan, ular itu memang berada di habitat alamiahnya, tapi perlu dipindahkan. "Jika ada keluarga yang ke sana bersama anak-anak kecil, saya tidak tega memikirkan kemungkinannya. Siapa yang tahu kalau ular itu memangsa mereka?," kata dia.
"Benar-benar nyaris. Ular ini terkenal ganas. Jika korbannya anak kecil atau seekor anjing, bukan saya, pasti sudah habis. Saya tidak ragukan itu."
Willott (49), sang penangkap ular, mengaku perasaannya campur aduk ketika menangkap ular itu. "Saya rasa tidak adil kepada ular itu, tapi inilah yang harus dilakukan karena orang hiking dan berjalan-jalan di sini setiap hari."
"Kita harus belajar hidup bersama mereka. Kita tidak bisa mengumpulkan dan memindahkan semua ular yang ada di sana. Mereka ada bagian penting dari ekosistem. Tapi, dalam kasus ini, mereka harus pergi. Ini situasi yang tidak biasa."
Menurut Willott, ular itu berusaha menyerang anjing milik Davies yang berada dekatnya ketika ular itu menyambar. "Menurut saya, ia tidak sedang berusaha menyantap orang itu ketika menyerang. Salah sasaran. Ia bisa merasakan ular itu dan memindai suhunya."
"Saya tidak ingin orang merasa bahwa ular-ular ini memangsa manusia. Tidak demikian, mereka bukan jenis piton Burma. Ular seperti itu tidak bisa menelan seorang bertubuh besar seperti Karl."
Menurut Willott, ular piton yang ditangkapnya adalah ular yang sama yang menjadi biang kerok serangan-serangan terhadap anjing-anjing peliharaan dalam beberapa tahun terakhir.