Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Krayan Kalimantan Utara akhirnya menikmati Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipasok oleh PT Pertamina (Persero) menggunakan pesawat terbang. Dengan pasokan dari perusahaan pelat merah ini, harga BBM di Krayan sama seperti harga BBM di kota.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said meninjau langsung proses pengiriman BBM dari Bandara Juwata, Tarakan, yang akan dikirim ke Krayan, Kalimatan Utara. BBM tersebut diangkut menggunakan Pesawat Air Tractor (AT802) menuju Bandara Yuvei Semaring, Long Bawan, Krayan.
Dengan menggunakan Intermediate Bulk Containers, BBM selanjutnya didistribusikan ke Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) CV Prima Energi di Kecamatan Krayan yang berjarak tempuh sekitar 3 km dari Bandara.
HadirnyaAPMS diKrayan memberi makna penting setelah 70 tahun Indonesia merdeka, akhirnya pendudukKrayan dapat menikmatiBBM secara legal. Sebelumnya, kebutuhanBBM untukKrayan diperoleh pendudukKrayan berasal dari Serawak, Malaysia dengan harga sangat tinggi.
Baca Juga
Advertisement
“Kami apresiasi tinggi untuk Pertamina yang dengan inisiatif baik menyiapkan angkutan BBM sehingga masyrakat Krayan bisa mendapatkan harga BBM yang standar. Ini sebetulnya subsidi yang diberikan oleh Pertamina karena Pertamina harus mengangkut dengan ongkos Rp 38 ribu per liter, tapi dengan kebijakan korporasi Pertamina memberikan harga standar,” kata Sudirman, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat (17/6/2016).
Direktur Pemasaran Ahmad Bambang mengatakan lokasi Krayan berjarak tempuh sekitar 1 jam 10 menit dari pusat perkonomian Tarakan dengan menggunakan moda pesawat. BBM akan disalurkan Pertamina melalui jalur udara yang merupakan pilihan paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini.
Pertamina, kata Ahmad Bambang, menyalurkan BBM sebanyak 200 Kilo Liter (KL) per bulan yang terdiri dari 150 KL Premium dan 50 KL Solar.
“Sebagai BUMN dengan 100 persen sahamnya dikuasai negara, dalam konteks ini Pertamina terpanggil untuk menjalankan peran sebagai kepanjangan tangan negara di Krayan yang sangat terisolir dan kesulitan untuk mendapatkan BBM,” kata Ahmad Bambang.