Liputan6.com, Canberra - Indonesia kini tengah mengalami transmisi sporadik virus Zika yang didapat dari nyamuk. Kasus pertama terjadi di Blitar yang didapat dari WNI seorang anak buah kapal (ABK) kapal.
WNI ABK berusia 22 tahun itu dilaporkan tiba di Bandara Taiwan dengan kondisi demam dan mata merah. Lantas, ia lanjut ke pulang ke kampung halamannya di Jawa Timur.
Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan RI kini tengah menginvestigasi desa di Tangkil, Jawa Timur, rumah WNI yang terjangkit Zika dari Taiwan, untuk menindaklanjuti terjangkitnya virus tersebut, serta menguak asal-usulnya.
Mendengar kasus itu, pihak Departemen Luar Negeri Australia lewat website-nya memberi peringatan berupa travel advice agar warganya melindungi diri dari gigitan nyamuk.
Dilansir dari Sidney Morning Herald, Sabtu (18/6/2016), perempuan hamil diianjurkan untuk mempertimbangkan menunda rencana bepergian ke Indonesia setelah ada kasus virus Zika.
"Virus Zika berpotensi membuat ibu hamil melahirkan bayi cacat, termasuk di antaranya mikrosepalus, atau terlahir dengan kepala kecil," tulis smart travellers, website Kemlu Australia.
"Perempuan hamil yang ingin berangkat ke Indonesia diminta berkonsultasi dengan dokter atau sebaiknya menunda perjalanan," demikian imbauan dari pihak Australia.
Adapun Direktorat Pencegahan Penyakit Menular, Mohammad Subuh, memberi jaminan bahwa Kementerian Kesehatan RI akan mengambil langkah tepat untuk mencegah berkembangnya virus Zika di Indonesia.
Salah satunya, adalah memeriksa pasien-pasien demam berdarah apakah mereka terkontaminasi virus itu dan menggalakkan pengasapan.
"Sejauh ini, pengetesan terhadap pasien demam berdarah di Indonesia tidak ditemukan adanya virus Zika," ucap Subuh.
Advertisement