Kurang Populasi, Pemerintah Jepang Bayar Wanita Bekukan Telur

Pemerintah di Urayasu, sebuah kota berjarak 14 kilometer dari Tokyo sebelah timur telah mengalokasikan dana sebesar 90 juta yen.

oleh Meiristica Nurul diperbarui 19 Jun 2016, 09:00 WIB
Kulit bayi yang lucu disebut sebagai taktik biologis yang mengundang orang-orang di sekitarnya untuk menyayanginya.

Liputan6.com, Jepang - Menurunnya angka kelahiran di Jepang, membuat pemerintah menawarkan sejumlah uang kepada wanita untuk mau membekukan telur mereka. Telur itu nantinya akan dibuahi, dan ditanam pada kemudian hari.

Pemerintah di Urayasu, sebuah kota berjarak 14 kilometer dari Tokyo sebelah timur telah mengalokasikan dana sebesar 90 juta yen atau sekitar Rp 11 miliar. Proyek tiga tahun ini mendorong perempuan untuk melahirkan ketika mereka siap.

Data sensus terakhir menunjukkan populasi Jepang menurun hingga satu juta orang dalam lima tahun terakhir. Pemerintah memprediksi 40 persen warga yang berusia 65 tahun atau lebih.

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan meningkatkan angka kelahiran dari 1,4 anak menjadi 1,8 anak per wanita menjadi prioritas pemerintah.

Namun, beberapa ahli telah menyuarakan keprihatinannya. Karena dengan melakukan tindakan itu, akan menambah masalah, dikutip laman Dailymail, Minggu (19/6/2016).

Pada kenyataannya, sangat sedikit kelahiran dari pembekuan sel telur. Di Inggris, hanya ada sekitar 20 bayi yang lahir setelah telur beku.

Dalam konferensi pers, Dr Iwaho Kikuchi dari rumah sakit Urayasu Juntendo University mengatakan memberikan dana kepada wanita untuk mendukung studi semacam ini mungkin menjadi yang pertama di dunia. Dan 12 perempuan memulai proses pembekuan, dan sekitar dua pertiga dari mereka atau suami mereka memiliki masalah kesehatan.

Diakuinya, tingkat keberhasilan kehamilan dari telur beku memang tipis. Jika seorang wanita membekukan telurnya pada usia 25 tahun, kemungkinan berhasil melahirkan 30 persen. Pada usia 34, menurun jadi 20 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya