Luncurkan Satelit, BRI Akan Kembangkan Inovasi Produk

Manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyatakan, dengan memiliki satelit juga hemat biaya sewa.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jun 2016, 11:32 WIB
Direktur Utama BRI Asmawi Syam (kedua kanan) menunjukan replika Satelit BRISat saat Launching di Bank BRI Pusat, Jakarta, Selasa (31/5/2016). Satelit BRIsat akan diluncurkan tanggal 8 Juni 2016 (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan pengoperasian satelit BRIsat dapat memberikan kesempatan perseroan untuk menciptakan produk baru terutama digital dan meningkatkan efisiensi bisnis.

Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sunarso menuturkan pihaknya telah menyewa 23 transponder. Kini pihaknya memiliki 45 transporder. Dari 45 transponder tersebut, ada 36 transponder yang masuk kategori C-band. C-band ini bermanfaat untuk aplikasi transaksi keuangan. Sisanya 9 transponder merupakan KU-band yang bermanfaat untuk audio visual.

"Dengan transponder itu jadi kesempatan besar untuk kembangkan inovasi produk layanan dan layanan jadi efisien. Selain itu, lewat transponder yang kategori C-band ini transaksi bisa melalui video banking kirim gambar," ujar Sunarso saat dihubungi  Liputan6.com Minggu (19/6/2016).

Lebih lanjut ia menuturkan, perseroan menciptakan produk baru kompetitif setelah memiliki satelit tersebut terutama produk digital. Selain itu, perseroan juga dapat menghemat biaya terutama dari penyewaan.

"Dengan sewa 23 transporder maka biayanya sekitar Rp 500 miliar setiap tahun. Itu hanya 23 transponder. Kini punya 45 transponder dengan investasi sekitar Rp 3,2 triliun maka kami dapat efisiensi sekitar 50 persen dari sewa saja," tutur Sunarso.

Sunarso menambahkan, pihaknya juga akan memperbesar branchless banking lewat agen BRILink yang merupakan agen branchless banking BRI. Saat ini BRI memiliki sekitar 63 ribu agen BRILink. "Tahun ini ditargetkan jadi 75 ribu, dan tahun berikutnya menjadi ratusan ribu," ujar dia.

Sunarso menambahkan, dengan program itu juga mendukung program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) untuk financial inclusion atau keuangan inklusif. Artinya semua pihak dapat mengakses layanan keuangan. Namun, sosialisasi dan edukasi juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkan keuangan inklusif.

"Perlu financial literacy juga untuk keuangan inklusif. Sosialisasi terhadap masyarakat luas terus dilakukan. Dengan melakukan financial literacy, financial inclusion maka mewujudkan digital banking. Kami kini sudah memiliki alat dan sdm untuk mewujudkannya ke arah sana. Kami akan terus melakukan sosialisasi," ujar dia. (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya