Liputan6.com, Bojonegoro - Banjir melanda sejumlah kawasan di Jawa Tengah. Diduga bencana ini terjadi akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo yang membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro menyatakan, Sungai Bengawan Solo di daerahnya terkendali. Selain itu, sungai di Jatim tersebut juga tidak meluap akibat bertambahnya debit air secara mendadak akibat hujan di daerah hulu Jawa Tengah.
"Kondisi Bengawan Solo di Bojonegoro tidak menimbulkan banjir juga kerusakan seperti tanah longsor, bahkan ketinggian airnya sekarang ini belum mencapai siaga I," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Sukirno di Bojonegoro, Jatim, seperti dikutip dari Antara, Senin (20/6/2016).
Data Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan, ketinggian air pada papan duga mencapai 12,50 meter hingga pukul 06.00 WIB.
Debit Air di Jatim Malah Kosong?
Ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro juga masih di bawah siaga banjir dengan ketinggian mencapai 26,30 meter.
"Ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, yang sempat masuk siaga merah dan menimbulkan banjir berangsur-angsur surut, sejak sehari lalu," jelas dia.
Baca Juga
Advertisement
Ia memastikan, Bengawan Solo di daerah hilir Jawa Timur terkendali karena di daerahnya tidak terjadi hujan dengan intensitas tinggi bersamaan dengan naiknya debit air di hulu, Jawa Tengah.
Seorang petugas di posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air wilayah Bengawan Solo Bojonegoro Jayadi menjelaskan, kondisi debit air Bengawan Solo di daerah hilir mulai Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan sedang kosong.
"Tapi bertambahnya debit air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur menguntungkan petani juga petambak, sebab ada tambahan pasokan air dari hulu Jawa Tengah," tutur Jayadi.
Banjir dan tanah longsor melanda 16 kabupaten atau kota di Jawa Tengah. Hingga Minggu sore sekitar pukul 17.30 WIB, jumlah korban akibat banjir dan longsor di Jawa Tengah adalah 35 orang tewas. Selain itu, 25 orang hilang, 14 orang luka-luka, ratusan rumah rusak akibat peristiwa tersebut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, daerah yang paling parah mengalami longsor adalah Kabupaten Purworejo. Longsor dengan korban jiwa terjadi lima lokasi.