Emiten Ini Raih Untung dari Syarat Uang Muka KPR Turun

Kebijakan BI antara lain pemangkasan suku bunga acuan/BI Rate dan pelonggaran kredit perumahan berdampak positif ke sektor properti.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2016, 11:24 WIB
Pengunjung melihat maket perumahan saat pameran Indonesia Properti Expo 2016 di Jakarta, Rabu (17/2). Penjualan properti tahun ini diprediksi mengalami peningkatan di kisaran 5%-10% jika suku bunga acuan BI turun 50 basis poin (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan/BI Rate menjadi 6,5 persen dan melonggarkan aturan kredit pemilikan rumah (KPR) dapat membantu sektor properti.

Hal itu disampaikan dalam riset PT Mandiri Sekuritas, seperti ditulis Senin (20/6/2016). Riset itu menyebutkan pemangkasan BI Rate, dan BI melonggarkan aturan KPR. Saat ini, KPR rumah kedua dapat digunakan membeli rumah yang masih dalam proses konstruksi.

Sebelumnya KPR rumah kedua tidak dibolehkan untuk rumah yang masih dibangun. Uang muka atau down payment (DP) KPR juga turun. Saat ini, KPR pertama rumah tapak berukuran di atas 70 m2 hanya perlu membayar DPR 15 persen dari sebelumnya 20 persen.

"Kebijakan itu dapat membantu sektor properti, terutama dari sisi arus kas. Karena beberapa perusahaan properti yang menyediakan pendanaan internal untuk mendorong penjualan (Pendanaan itu diberikan untuk DP hingga pembangunan rumah rampung, sehingga konsumen dapat menggunakan KPR)," tulis riset PT Mandiri Sekuritas.

Selain itu, riset tersebut menyebutkan dengan data KPR 2015, perusahaan yang memiliki porsi terbesar yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Riset itu pun merekomendasikan beli dengan target harga saham BSDE Rp 2.200, ASRI dengan target harga saham Rp 350 dengan rekomendasi netral, dan CTRA rekomendasi beli beli dengan target harga saham Rp 1.600.

Riset PT Mandiri Sekuritas juga menilai porsi KPR PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dapat naik lantaran aturan KPR rumah kedua sudah direlaksasi. Di sisi lain, PT Pakuwon Jati Tbk selalu memiliki porsi tingga untuk pembelian kas karena lebih dari 50 persen produknya berupa bangunan bertingkat (high rise).

Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan kalau BI Rate dan pelonggaran aturan KPR berdampak signifikan untuk sektor proerti. "Masyarakat dapat beli rumah dengan DP ringan ini dapat menambah penjualan," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.

David pun merekomendasikan beli saham BSDE dengan target harga saham Rp 2.200 dan saham CTRA dengan target harga saham Rp 1.600.

Akan tetapi, dalam riset PT Mandiri Sekuritas menilai kalau katalis besar untuk sektor properti adalah program pengampunan pajak (tax amnesty).

Sebelumnya dalam riset PT Mandiri Sekuritas pada 13 Juni 2016 menyebutkan kalau sektor properti dan konstruksi menjadi sektor paling diuntungkan dari pengampunan pajak.

Emiten-emiten seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), dan PT PP Tbk yang akan kena dampak dari pengampunan pajak.

David menilai, kalau dampak tax amnesty atau pengampunan pajak terhadap sektor properti belum akan siginifikan. DPR dan pemerintah masih membahas soal RUU pengampunan pajak. Selain itu masih dibahas soal persyaratan dan ketentuan, mekanisme tarif tebusan, dan sejauh mana efektif pengampunan pajak itu.

"Kalau dampak tax amnesty ke sektor properti masih tunggu UU diresmikan oleh DPR. Masih melihat term and condition, mekanisme tarif tebusan. Efek signifikan ke sektor properti dari pemangkasan BI Rate dan pelonggaran kredit perumahan," ujar David. (Ahm/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya