Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat pada awal pekan ini seiring hasil polling menunjukkan kalau Inggris akan meninggalkan Uni Eropa (UE) mengecil.
Harga minyak dunia naik setelah tiga polling opini menjelang pemilihan di Inggris pada Kamis pekan ini menunjukkan kalau Inggris akan tetap di Eropa.
Namun, refendum Inggris masih menjadi perhatian pelaku pasar mengingat berbagai kemungkinan yang terjadi. Pelaku pasar menuturkan, Inggris keluar dari Uni Eropa atau disebut Britain Exit (Brexit) dapat mempengaruhi Eropa.
Sentimen itu pun mendorong mata uang Inggris pound sterling naik 2,3 persen menjadi US$ 1.4685. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah membuat komoditas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Harga minyak jenis Brent pun naik US$ 1,48 atau tiga persen menjadi US$ 50,65. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat US$ 1,39 atau 2,9 persen menjadi US$ 49,37 per barel untuk pengiriman Juli.
Analis menyatakan harga minyak dapat bertahan selama ada sentimen positif dari Inggris. Meski pun reli besar akan sulit terjadi lantaran pasokan minyak terbaru.
"Kami tidak mengharapkan harga minyak kembali di atas US$ 50-US$ 51 baik WTI dan Brent, seiring fundamental juga bertahap akan melemah," ujar Jim Ritterbusch, Konsultan Ritterbusch and Associates, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (21/6/2016).
Sementara itu, bahan pasokan minyak mentah AS diperkirakan turun 1,9 juta barel pada pekan lalu. Harga bahan bakar di AS pun naik lima persen seiring antisipasi permintaan pada musim panas. Pelaku pasar berspekulasi membeli gasoline menjelang hari kemerdekaan pada 4 Juli 2016. (Ahm/Ndw)