Liputan6.com, Boston - Bagi kebanyakan wanita, kehamilan merupakan saat yang dinanti. Demikian pula bagi Sierra Yoder yang akhirnya mengandung anak kedua.
Namun pada saat pemeriksaan jenis kelamin bayi di minggu kehamilan ke-22, ia mendapati kabar buruk. Bak petir di siang bolong, dokter di Ohio mengabarkan bahwa putranya mengalami encefalosel, dikenal juga dengan cranium bifidum.
Encefalosel adalah kondisi di mana bagian-bagian otak mencuat dari celah tulang tengkorak sehingga tumbuh seperti kantong. Sejumlah syaraf bayi itu tidak berkembang sempurna, sehingga sebagian otaknya berada di luar tempurung kepala.
Baca Juga
Advertisement
"Saya hanya bisa menangis… Saya kira dia tidak akan selamat," kata Sierra seperti dikutip dari News.com.au pada Rabu (22/6/2016).
Menurut para dokter di Ohio kepada Sierra dan suaminya, kemungkinan hidup sang bayi sangat kecil. Seandainya bisa bertahan hidup, buah hatinya tak akan bisa bicara, tak sanggup bergerak. Bahkan ia tidak bisa mengetahui kalau sedang lapar.
Mendapati kabar duka itu, Sierra dan keluarga besarnya pun berbesar hati. Mereka lantas mempersiapkan diri untuk menggelar acara pemakaman si bayi.
Ketika tiba saatnya untuk memilih menghentikan kehamilan, Sierra tak sanggup melakukannya. Setidaknya, dengan meneruskan kehamilan, ia akan sempat mengucapkan selamat tinggal.
Bentley Ross Yoder kemudian lahir tepat waktu pada 31 Oktober 2015. Menurut Washington Post, mereka hanya punya satu pakaian terusan berwarna biru muda dengan taburan bintang-bintang, lengkap dengan celana padanan dan sepasang kaos kaki.
Awalnya mereka menduga akan segera melakukan pemakaman, sesaat si jabang bayi lahir. Meski terlahir dalam kondisi kekurangan, Bentley seperti bayi pada umumnya yang aktifdan menangis.
Dalam 5 jam pertama, si bayi diperkenalkan sekaligus sebagai perpisahan terhadap para kerabat. Namun ajaibnya, anak kecil itu terus bernapas.
Pasangan Yoder kemudian membawanya pulang dan menyiapkan perawatan untuk sang buah hati. "Ia tak terlihat seperti seorang bayi yang sedang berjuang bertahan hidup," ujar sang ibu.
Keluarga besar Yoder pun merasa terkejut karena sang bayi terus bertahan, meski di tengah serangan komplikasi seperti infeksi bakteri dalam paru-parunya.
Si bayi lantas terus berkembang, bergerak dengan normal dan menangis ketika minta disusui. Sierra pun tak melihat perbedaan antara Bentley dengan abangnya, Beau. Ia terlihat seperti layaknya bayi normal dengan sesuatu menyembul di kepalanya.
Para ahli bedah pertama yang melihat keadaan sang bayi menyarankan untuk melakukan bedah untuk membuang benjolan di kepala Bentley. Menurut mereka, itu hanyalah jaringan rusak dan tidak berfungsi.
'Keajaiban'
Melihat Bentley bergerak dan menyusu, Sierra dan Dustin tak percaya kalau buah hatinya itu tak bisa menggunakan otaknya. Mereka lantas memutuskan untuk minta pendapat pembanding ke Boston Children’s Hospital yang memiliki fasilitas terkenal, Cleft and Craniofacial Center.
Di sana mereka bertemu dengan Dr. John Meara, orang pertama yang mengatakan bahwa ada kemungkinan sang bayi 5 bulan itu menggunakan otak yang ada di luar kepalanya, sehingga tidak bisa dibuang begitu saja. Ia juga menjadi orang pertama yang membuat pasangan itu sedikit lebih lega menghadapi situasi sulit tersebut.
Setelah itu, strategi pembedahan direncanakan. Diperlukan para ahli bedah dengan keahlian-keahlian unik guna keperluan pembedahan menggunakan model-model 3 dimensi (3D). Lalu pada 24 Mei 2016, pembedahan pun dimulai.
Pembedahan selama 5 jam itu berlangsung lebih cepat daripada perkiraan. Cairan dari dalam kepala Bentley lalu dikeringkan sebelum para ahli bedah perlahan-lahan mendorong kembali otaknya ke dalam kepala sang bayi.
Tulang-tulang yang tersisa dipakai untuk menutup celah dan membentuk ulang tengkoraknya.
"Karena kondisi otaknya sangat berbeda, mereka (para ahli beda) tidak punya siapapun sebagai pembanding," tutur Sierra seraya mengatakan bahwa para dokter masih belum tahu apa yang akan terjadi setelah operasi.
Sejauh ini, kondisi Bentley bagus. Ia bisa menegakkan kepala, bersuara, dan semakin mirip dengan abangnya.
Advertisement