Liputan6.com, Yogyakarta - Sejumlah daerah di Tanah Air dikepung bencana tanah longsor, salah satu yang terparah di Purworejo, Jawa Tengah. Karena itu Indonesia dinilai harus segera memiliki peta rawan bencana longsor.
Seperti disampaikan dosen teknik geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Agung Setianto.
"Kendala di Indonesia adalah ketersediaan data yang detail," kata Agung di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Selasa 21 Juni 2016.
"Peta geologi yang ada skalanya masih 1:100.000," sambung dia.
Agung mengatakan, tidak idealnya peta geologi risiko bencana longsor menjadi salah satu faktor kurangnya mitigasi. Berdasarkan surat keputusan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peta geologi di skala provinsi, yakni 1:50.000 dan untuk tingkat kabupaten 1:25.000.
Baca Juga
Advertisement
Padahal, menurut dia, idealnya peta geologi risiko bencana longsor adalah 1:1.000.
"Saya pernah diminta menjelaskan soal pemetaan risiko bencana di Malaysia. Di sana, pakai teknologi, itu petanya sudah sampai ke skala yang lebih kecil, 1:1.000. Jadi sudah skala RT," ucap Agung.
Sementara itu Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang, Agus Haryono menyebutkan, total korban tewas akibat longsor Purworejo mencapai 37 orang. Kesulitan utama yang dihadapi tim adalah pendataan.
Sejumlah korban adalah warga yang kebetulan melintas dan tertimpa longsor pada saat kejadian. Hal itu membuat jumlah korban belum bisa diputuskan secara pasti oleh tim pada saat pendataan awal.