Inggris Hengkang dari Uni Eropa, Ini Peringatan George Soros

Inggris bakal menggelar referendum untuk menentukan apakah masih akan tetap masuk dalam Uni Eropa atau memilih keluar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jun 2016, 16:36 WIB
Inggris bakal menggelar referendum untuk menentukan apakah masih akan tetap masuk dalam Uni Eropa atau memilih keluar.

Liputan6.com, Jakarta - Inggris bakal menggelar referendum untuk menentukan apakah masih akan tetap masuk dalam Uni Eropa atau memilih keluar dari persekutuan tersebut beberapa hari lagi. Dari polling yang dilakukan oleh beberapa lembaga, sisi yang memilih untuk tetap bertahan dan sisi lain yaitu yang memilih untuk keluar sama kuat.

Apapun hasilnya, miliarder dunia yang juga merupakan investor handal George Soros mengungkapkan bahwa referendum yang biasa juga disebut dengan Brexit yang merupakan kependekan dari British Exit tersebut berpotensi membuat nilai tukar pound terjatuh.

Mengutip Bloomberg, Rabu (22/6/2016), polling yang dilakukan oleh YouGov terhadap 1.652 responden yang dipublikasikan oleh Times pada Senin lalu menghasilkan kesimpulan bahwa 44 persen responden memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan 42 persen memilih untuk bertahan.

Sementara survei yang dilakukan kepada 800 responden olehORB yang dipublikasikan olehDailyTelegraph menghasilkan kesimpulan 53 persen memilih untuk tetap berada di Uni Eropa, 46 persen memilih untuk tidak berada di Uni Eropa dan sisanya tidak menentukan jawaban.

Referendum ini sangat mempengaruhi gerak mata uang pound. Mata uang tersebut dalam dua hari terakhir tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Soros yang mampu mengumpulkan keuntungan hingga US$ 1 miliar dari devaluasi pound pada 1992, mengingatkan kemungkinan jika Inggris keluar dari Uni Eropa akan membawa risiko yang cukup besar kepada pound.

"Saya ingin orang tahu konsekuensi dari meninggalkan Uni Eropa sebelum mereka mengambil keputusan," kata Soros seperti ditulis oleh Koran Guardian. "Pound bisa jatuh 15 persen dan mungkin bisa mencapai 20 persen." imbuhnya.

Perdana Menteri David Cameron merujuk pada unggahan twitter George Soros soal peringatan tersebut, bahkan Sekretaris pengadilan Michael Gove pun menganggap komen Soros konyol.

"Jika peramal ekonomi bisa dipercaya seperti dokter atau pilot maka semua orang akan menjadi miliarder," kata Gove.

"Kenyataannya bahwa peramal ekonomi seperti George Soros punya masa lalu yang buruk," tambah dia.

Referendum Inggris ini menarik perhatian pemerintah, para politikus, dan juga investor di seluruh dunia. Banyak kekhawatiran jika Inggris meninggalkan Uni Eropa akan meningkatkan ketidakstabilan ekonomi global.

Cameron memegang janjinya mengenai permasalahan imigran, sebagai masalah kunci jika Inggris meninggalkan Uni Eropa. Ia mengatakan cara yang ideal untuk mengontrol imigran adalah dengan meminta kepada orang yang datang untuk bekerja setidaknya empat tahun sebelum mereka mendapat akses penuh di dalam sistem. "Itu adalah cara yang baik. Sedangkan keluar dari Uni Eropa merupakan cara yang buruk" kata dia.

Cameron dan juga Menteri Inggris George Osborne terus menekankan bahwa ada risiko yang cukup besar jika negara tersebut keluar dari Uni Eropa.


Jadi Taruhan

Judi

Momen Brexit ini digunakan para penjudi untuk bertaruh. Para penjudi dan bandar yakin bahwa Inggris akan tetap berada di Uni Eropa. Ladbrokers Plc menyebut bahwa peluang untuk tetap berada di Uni Eropa telah mengecil dengan kemungkinan 2/7, mengindikasikan 74 persen kemungkinan. 95 persen dari penjudi referendum ini pada 24 jam sebelumnya bertaruh bahwa voter akan menolak Brexit.

"Sejauh perhatiannya terhadap uang, sepertinya Brexit sudah mulai jatuh pada pertarungan terakhir," ujar Jessica Blidge, juru bicara Ladbrokes.

Banyak bisnis dan perusahaan ingin Inggris tetap berada di Uni Eropa dan memperingatkan ada kerugian dan biaya untuk keluar dari Uni Eropa. Orang terkaya Hong Kong Li Ka Shing angkat bicara dan berpendapat bahwa Inggris harus tetap berada di Uni Eropa.

"Jika Brexit terjadi, itu akan memberikan dampak negatif terhadap seluruh negara Eropa," kata Li yang merupakan salah satu investor terbesar Inggris.

34 perusahaan besar Prancis memasang iklan pada halaman utama koran Inggris berbunyi: "S'il vous plait, amis britanniques remain!" yang kurang lebih berarti " Mohon teman Inggris, jangan pergi!".

Banyak yang mendukung Inggris untuk tetap berada di Uni Eropa. Bahkan pesepakbola David Beckham pun berharap Inggris tak pergi dari Uni Eropa.

"Untuk anak kami dan anak mereka, kita harus menghadapi masalah dunia bersama-sama dan tidak sendiri," kata Beckham dalam cuitannya. PM Cameron kemudian menyambut baik dukungan tersebut dan membalas dalam cuitannya bahwa dia merasa senang sekali.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya