Batik Bercerita Eksotisme Sulut Tampil di Amerika

Batik Bercerita berawal dari keinginan merawat nasionalisme.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 23 Jun 2016, 03:00 WIB
Batik Bercerita berawal dari keinginan merawat nasionalisme.

Liputan6.com, Manado - Sizzy Matindas Batik melalui Batik Bercerita kembali mendapat kepercayaan sebagai wakil Indonesia dalam pagelaran The ASEAN Fest 2016 yang digelar di South Coast Plaza, di Los Angeles (LA), Amerika Serikat (AS), pada 4 Juni 2016 lalu.

Menurut pendiri Batik Bercerita, Sizzy Natalie Matindas, sebanyak tujuh motif digelar untuk perkenalkan sekaligus dijual, di kegiatan yang digagas oleh Inspire Nusa.

"Saya tampil dengan motif utama Batik Bitung yang meperlihatkan keindahan Kota Bitung mulai dari Gunung Dua Bersaudara hingga keindahan alam Selat Lembeh yang telah mendunia, selain motif yang bertemakan phaius dari Tomohon, Bendi, Manguni, Daong Gedi, dan Kabasaran, " kata Sizzy kepada Liputan6.com, Senin, 20 Juni 2016.

Sizzy mengatakan, kehadirannya di festival bergengsi itu juga difasilitasi oleh Vonny Pascoal, Chairwoman dari D’House of GV yang menjadi tuan rumah pameran untuk booth culture Indonesia.

Bukan hanya tampil di booth yang ada, Batik Bercerita Sizzy Matindas Batik juga dipercaya untuk tampil di pagelaran busana dari negara negara ASEAN, dengan berkolaborasi bersama D’House of GV dan Jie Décor milik Jinno Rauw.

"Sangat bangga saat Nyiur Melambai tampil di runway kegiatan tahunan ini. Saya bisa menceritakan keindahan daerah kita melalui batik bercerita. Tampilan batik bercerita yang penuh warna menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sana dan warga Kawanua yang telah lama menetap di sana," kata Sizzy.

 

Sizzy Natalie mengabadikan keindahan dan kekayaan Sulawesi Utara dalam kain-kain Batik Bercerita (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)


Vonny Pascoal didampingi manager Tim Sulut, Gabbriel Cinthya Tompodung menambahkan, kehadiran perwakilan Sulut membuat festival ini makin meriah terutama Batik Bercerita Sizzy Matindas Batik dan Kain Manado.

Sementara itu, ASEAN Committee for Culture and Information (ASEAN-COCI) menyebutkan bahwa kehadiran Tim Sulut yang diwakili oleh D’House of GV, Jie Décor milik Jinno Rauw mampu memberi warna baru dalam festival ini. "Indonesia memang sangat luar biasa dan indah dalam segala hal," tambah Presiden of Inspire Nusa, Nellsen Young.

Seperti diketahui, ASEAN Art and Culture Festival ini diselenggarakan oleh Inspire Nusa dan dihadiri langsung oleh 10 negara ASEAN, seperti Thailand, Singapura, Brunai Darusalam, Malaysia, Vietnam, Burma, Kamboja, Laos, Myanmar dan Indonesia. Tahun ini, Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan sebagai The Best Exhibitor dan The Best Booth pada ajang ini.


Batik Bercerita Setelah Galau

Batik Bercerita berawal dari kegalauan Sizzy Natalie Matindas. Dia khawatir anaknya tak lagi mengenal daerah asal serta beragam budaya Sulawesi Utara.

Sizzy Natalie Matindas pun kembali menggali warisan leluhurnya. Selain menceritakan kembali kepada anaknya, Sizzy juga menuangkannya pada lembar-lembar kain Batik Bercerita.

"Satu ketika ada laporan dari guru, bahwa anak saya tidak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kami kebingungan, ada apa," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu 21 Mei 2016 lalu.

Setelah ditelusuri, dia menyadari banyak penilaian negatif beredar tentang Indonesia. "Sehingga memang yang tertanam dalam diri anak adalah hal yang kurang baik tentang bangsa ini, dan kecintaan terhadap Indonesia luntur," ujarnya.

Hidup di Jakarta dan Amerika Serikat yang jauh dari tanah leluhur Minahasa, Sulawesi Utara, Sizzy khawatir anaknya bisa lupa akan lingkungan dan budaya nenek moyang mereka.

"Maka kepada anak saya mulailah saya ceritakan kembali kebiasaan masa kecil di kampung halaman, tradisi dari orang tua, dan hal-hal yang mulai dilupakan generasi sekarang," ujarnya.

Dia menyadari apa yang dialami anaknya bisa juga terjadi pada anak atau warga Sulawesi Utara lainnya. Dia pun berpikir bagaimana bisa mengedukasi masyarakat terkait lingkungan dan budaya tanah leluhur dalam bentuk dan melalui medium yang berbeda. "Akhirnya lahirlah ide membuat Batik Bercerita,"tutur Sizzy.

Menuangkan ide dalam sebuah karya ternyata bukan pekerjaan mudah. Apalagi menceritakan lingkungan dan budaya Sulawesi Utara yang beragam.

"Maka saya mulai melalukan riset. Mengkaji berbagai referensi, membaca sejumlah literatur. Termasuk berdiskusi dengan sejumlah budayawan," tutur wanita lulusan D3 Teknik Grafika, Universitas Trisakti ini.

Tak sebatas kajian teoritis, Sizzy juga memilih untuk turun langsung mengeksplorasi wilayah Sulawesi Utara. Naik turun gunung, menjelajah hutan, danau, perkebunan, untuk melihat langsung keindahan alam dan kekayaan budaya daerah nyiur melambai ini.

"Menjelajah ke Gunung Klabat di Minahasa Utara, gunung Tangkoko dan Dua Sudara di Bitung. Ini untuk melihat secara langsung keanekaragam hayati dan topografi wilayah tersebut," ujar dia.

Temuan di lapangan itu dikolaborasi dengan hasil-hasil riset melahirkan motif batik bercerita. Tak hanya itu, wanita lulusan SMA 1 Manado ini, rela masuk kebun untuk mencermati aksi para pekerja kelapa di tampa fufu (pengasapan kopra) di area perkebunan keluarganya.

Usai menjelajah ke berbagai wilayah di Sulawesi Utara, Sizzy kemudian melukiskannya dalam motif-motif batik. Bahan baku pewarnaannya adalah bahan natural untuk batik yang ditambah dengan warna-warni hasil kreasinya sendiri.

Berbagai motif batik bercerita akhirnya muncul, mulai dari Tarian Kabasaran. Ini menceritakan tentang tarian perang orang Minahasa. Kemudian kota Bunga Tomohon. Minahasa dengan keindahan Danau Tondano, serta Bitung dengan Gunung Tangkoko dan hewan endemiknya yakni Tarsius spectrum.

Tahun 2015 bisa disebut sebagai tahun yang baik untuk membuka jalan bagi Batik Bercerita go internasional. Di tahun tersebut, Sizzy mendapat kesempatan untuk mendesain motif batik oleh penyelenggara event kopi terbesar di Amerika Serikat.

Sizzy terus menimba ilmu terkait seluk-beluk batik. Dia belajar pada para pengrajin tua yang ada di Solo, Yogyakarta, Pekalongan, hingga Cirebon.

Batik karya Sizzy dibanderol Rp500.000  hingga Rp5 juta. Saat ini dia mempekerjakan sekitar 30 pengrajin batik yang diproduksi di salah satu kota di Jawa Barat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya