Liputan6.com, Semarang - Para pembalap liar di Jalan Dr Suratmo mulai bisa dikendalikan saat Mbah Sumarjono beraksi. Bak Sin Kai Lo Sian, tokoh pengemis saksi bertongkat dalam novel Kho Ping Hoo, ia menertibkan balapan liar yang didominasi kalangan remaja.
Aksi yang dilakukan sejak tiga bulan terakhir itu membuat para pembalap ketakutan, sekaligus menerbitkan hormat dari warga sekitar. Namun, tingkah sang kakek bertongkat malah membuat polisi jengah. Polisi terusik karena patroli yang digelar berkali-kali justru tak bisa menertibkan balapan liar itu.
Itu terlihat saat Mbah Sumarjono beraksi pada Rabu sore, 22 Juni 2016. Para remaja yang biasa ngabuburit saat Ramadan dengan balapan liar kaget. Pasalnya, ketika Sumarjono beraksi, tiba-tiba satu mobil patroli dari Polsek Semarang Barat muncul dari arah barat.
Polisi yang berpatroli bahkan masuk ke gang-gang perkampungan untuk membubarkan para pembalap liar. Mbah Sumarjono yang sudah siap dengan tongkat bambunya akhirnya hanya berjalan ke sana kemari.
"Ya jelas kabur kalau polisi. Sebenarnya lebih seru kalau Mbah Marjono yang beraksi. Polisi kenapa nggak dari kemarin-kemarin begini?" kata Toni, warga jalan Borobudur.
Polisi kemudian pergi. Para remaja memanfaatkan waktu itu dengan kembali memarkirkan motornya di sisi kanan-kiri jalan. Bahkan, sudah ada yang kembali bersiap memacu sepeda motornya.
Baca Juga
Advertisement
Aksi itu lagi-lagi bubar karena tiba-tiba mobil patroli muncul. Kali ini dari Polrestabes Semarang. Mbah Sumarjono yang kadang mengandalkan strategi 'mengosongkan istana memancing pencuri' dari Tsun Tzu, mencoba keluar. Ekspresi wajahnya kecewa.
Mbah Sumarjono memang sudah sangat terkenal di kawasan itu dengan inisiasi gerakan anti-balap liar di jalan Dr Suratmo. Setiap sore, sambil menenteng tongkat bambu, pria lanjut usia itu sudah siap di titik memutar arah yang biasa dilintasi para remaja yang melakukan balap liar.
Yoyok, warga kampung Jatisari di pinggir jalan Dr Suratmo itu juga mengatakan, Sumarjono tak perlu turun tangan. Ibarat pendekar papan atas, ia tak usah mengurus hal-hal yang seharusnya menjadi kewajiban polisi.
"Ini ironis. Mereka yang dibayar untuk menjaga ketertiban, malah sesekali saja berpatroli. Mbah Jon yang sudah sepuh dan nggak dibayar saja malah rela mengorbankan waktu, tenaga dengan segala resiko," kata Yoyok.
Aksi mbah Sumarjono sendiri meski mendapat respons dari polisi dengan berpatroli, disesalkan Kasat Lantas Polrestabes Semarang AKBP Catur Gatot Effendi. Catur menyayangkan sikap Mbah Sumarjono yang tidak berkoordinasi dengan polisi.
"Laporkan saja, nanti biar polisi yang membubarkan trek-trekan itu," kata Kasatlantas, AKBP Catur.
Ia tak setuju tindakan Sumarjono karena bisa membahayakan kakek itu sendiri. Sedangkan, warga mengaku sudah berulang kali melapor ke polisi, tetapi polisi tak mampu membubarkan balapan liar itu.