Indonesia Ekspor 3 Juta Barbie Setiap Bulan ke AS hingga Kanada

Produk boneka barbie Indonesia mampu menembus pasar Internasional.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jun 2016, 10:00 WIB
Beberapa desainer ternama dunia buat Barbie tampil di New York Fashion Week.

Liputan6.com, Jakarta - Produk boneka barbie Indonesia mampu menembus pasar Internasional. Setidaknya, produk-produk tersebut sudah diekspor ke tiga benua, yaitu Amerika, Eropa dan Asia. Boneka barbie tersebut merupakan produksi dari Mattel Indonesia yang merupakan anak usaha dari Mattel Inc yang berpusat di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Senior Vice President Dolls and Diecast Manufacturing Mattel Indonesia, Teck Heng Soo mengatakan, Mettel Indonesia telah beroperasi lebih dari 20 tahun di Indonesia. Saat ini Mattel telah mempunyai dua unit pabrik di Kawasan Industri Jababeka.

"Produksi mencapai 60 juta unit per tahun dan mengekspor lebih dari 3 juta unit boneka setiap bulan secara reguler. Pasar terbesar Mattel Indonesia ialah AS dan Kanada sebesar 40 persen, Eropa 35 persen, Amerika Latin 20 persen dan Asia Pasifik 5 persen," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Bahkan menurut Soo, Mattel Indonesia merupakan pabrik terbesar di antara pabrik Mattel di dunia seperti di China, Malaysia, Thailand, dan Meksiko. ‎Saat ini jumlah penyerapan tenaga kerja Mattel Indonesia telah mencapai 10 ribu orang.

“Posisi Indonesia sangat penting bagi mata rantai produksi Mattel. Kami juga mendukung industri lokal karena melibatkan pemasok dan subkontraktor,” kata dia.

Vice President and General Manager Mattel Indonesia, Roy Tandean mengungkapkan pabrik di Cikarang memproduksi 50 persen Barbie yang beredar di seluruh dunia. Selain Barbie, Mattel produk boneka dan mainan seperti Fisher Price, Hot Wheels, dan Thomas & Friends.

“Jadi, kami bisa bilang Indonesia telah menjadi tuan rumah terbesar Barbie. Kami juga memproduksi 2 juta pakaian boneka per minggu,” ungkap dia.

Dalam lima tahun terakhir, Mattel Indonesia telah mengekspor boneka dengan nilai antara US$ 150 juta-US$ 200 juta per tahun. Angka ini tiga kali lipat dibanding capaian pada 1995.

Mattel Indonesia juga tengah mempersiapkan produksi mainan die cast (mobil) Hot Wheels di unit pabrik “west plant”, juga di Cikarang. Diharapkan, mesin-mesin produksi sudah terpasang pada Oktober dan direncanakan mulai produksi pada akhir 2016 dengan kapasitas produski 50 juta unit per tahun dan mempekerjakan 1.000 karyawan.


Inovasi

 

Sementara itu, melihat pertumbuhan industri mainan di Indonesia, Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta pelaku industri mainan di dalam negeri agar dapat melakukan inovasi dalam memproduksi mainan yang memiliki ciri khas atau karakter budaya Indonesia. Apalagi Indonesia kaya dengan budaya dan tradisi dari masing-masing daerah, sehingga produk mainan yang diciptakan bisa beragam jenis.

Untuk produksi boneka, pelaku industri juga diminta mendesain dan memproduksi dengan karakter tokoh-tokoh cerita Nusantara dan menggunakan pakaian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.

“Penggemar boneka di dunia kan sangat antusias kepada sesuatu yang khas. Karakter peminat boneka di mana-mana ialah cenderung mencari sesuatu yang berbeda dan eksklusif. Jadi, jika ada Barbie berpakaian khas Minang, Dayak, Sunda, Bali, NTT, Papua dan lain-lain saya yakin diminati dan diburu oleh penggemar boneka dunia. Apalagi saya lihat sudah ada Barbie yang berpakaian khas Jepang, Korea, suku Indian dan sebagainya,” kata Saleh.

Figur boneka unik itu, lanjut dia, juga dapat berkontribusi pada promosi dan sosialisasi produk fesyen tradisional masing-masing daerah di Tanah Air. Selain itu juga meningkatkan kebanggaan serta membantu branding dan pemasaran ke pasar global.

Lebih lanjut Saleh menjelaskan, industri mainan merupakan salah satu industri yang memiliki peran dalam kelompok 12 komoditi unggulan ekspor. Tercatat pada 2015, industri mainan telah berhasil mengekspor sebesar US$ 456 juta yang setara dengan Rp 6,16 triliun (kurs RP 13.500 per dolar AS).

Sedangkan pada kuartal I 2016 sebesar US$ 83 juta dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 82.000 orang. “Dari total ekspor 2015 itu, porsi ekspor Mattel sebesar 30 persen. Untuk itu saya menyampaikan apresiasi atas kontribusi Mattel yang signifikan tersebut,” ujar Saleh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya