Kisah dan Tips Dokter Indonesia Jalani Puasa di Luar Negeri

Menjalani ibadah puasa di negeri orang yang mayoritas masyarakatnya non-muslim bukan hal yang mudah.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Jun 2016, 19:45 WIB
Nuansa ramadan di Indonesia jelas berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan suasana ramadan di San Fransisco.

Campus CJ, Jakarta- Menjalani ibadah puasa di negeri orang yang mayoritas masyarakatnya non-muslim bukan hal yang mudah. Mulai dari panjangnya waktu berpuasa hingga keberadaan mereka sebagai minoritas menjadi salah satu hal yang harus mereka lalui.

Berikut pengalaman dr. Rafi Andika Ferdian, salah satu dokter asal Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan di San Fransisco, California selama menjalankan ibadah puasa di Negeri Paman Sam tersebut.

"Berpuasa di negeri orang banyak suka dukanya, keadaannya sangat berbeda dengan di Indonesia". Tentu bukan hal yang mudah bagi saya, terutama di hari-hari awal berpuasa untuk beradaptasi dengan panjangnya waktu berpuasa dan cuaca di San Fransisco.

Kondisi saat ini sedang masuk musim panas (summer), di mana waktu siang lebih panjang dari waktu malam. Imsak berkisar antara jam 03.30-03.45 AM PDT (waktu California, red), salat Subuh jam 04.00 AM PDT, buka puasa atau salat Magrib berkisar jam 20.45 PM PDT dan salat Isya dan tarawih berkisar jam 22.30 PM PDT.

Ditambah lagi saat summer, kondisi udara cukup labil, terasa panas dan gerah walaupun berangin yang tentu menjadi godaan tersendiri dalam menjalani puasa selama kurang lebih 16 jam,” ungkap dr.Rafi Andika Ferdian kepada Redaksi Campus CJ Liputan6.com.

Nuansa Ramadan di Indonesia jelas berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan suasana Ramadan di San Fransisco. Bisa dikatakan tidak ada yang spesial, tidak terasa suasana kental Ramadan seperti suara adzan dan tadarus Al-Qur’an yang biasa terdengar semarak atau takjil khas Ramadan yang dapat dengan mudah ditemukan di tanah air. Selain waktu Isya yang larut, jarak dengan masjid yang cukup jauh memaksa Dokter Rafi untuk melakukan sholat tarawih dan tadarus secara mandiri di rumah.

Banyak mahasiswa dan warga Muslim di San Fransisco menghabiskan waktu berbuka puasa bersama organisasi Muslim yang mengadakan kegiatan buka puasa bersama secara gratis. Selain dapat menikmati menu berbuka puasa seperti kurma, kolak, dan aneka takjil manis lainnya, mereka juga saling bersilahturahmi dengan sesama warga Muslim di kota ini. Acara ini cukup mengobati kerinduan akan suasana Ramadan bersama keluarga di Indonesia dengan hangatnya kebersamaan dan persaudaraan yang tercipta.

Foto dok. Liputan6.com

Untuk pembaca Liputan6.com yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa di negeri orang, dr.Rafi Andika Ferdian memberikan tips bagaimana mengatur pola makan dan menjaga tubuh tetap fit di bulan Ramadan, berikut 2 hal yang wajib kita ketahui :

1. Mengawali puasa dengan menu sahur di waktu yang tepat.

Pemilihan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks akan membantu pelepasan energi secara perlahan selama berpuasa. Karbohidrat kompleks terdapat pada beras merah, outmeal, gandum, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah, dan sayuran.

Jangan lupa untuk mengombinasi dengan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral serta air. Ditambah minum air putih setidaknya 3-4 gelas pada saat sahur agar tubuh tidak dehidrasi. Hindari minum kopi, teh, dan minuman yang bersifat diuretik pada saat sahur karena akan membuat orang sering buang air kecil yang tentu saja dapat memicu kondisi dehidrasi.

Yang tidak kalah penting adalah pemilihan waktu yang tepat untuk sahur. Hindari waktu sahur yang terlalu awal karena waktu sahur yang terlalu pagi mengakibatkan pengosongan lambung yang terlalu lama sehingga menyebabkan rasa lapar yang luar biasa pada siang harinya.

2. Berbuka puasa dengan yang manis

Pada saat berbuka dianjurkan untuk mengonsumsi yang manis, identik dengan gula atau karbohidrat sederhana seperti kurma, buah segar, jus, sirup teh manis dan takjil yang biasa disajikan saat bulan Ramadan. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kadar gula sehingga menjadi normal kembali.

Yang perlu diingat adalah mengkonsumsi jenis karbohidrat ini dengan jumlah tepat dan tidak berlebihan, menghindari lonjakan gula yang terlalu cepat dan mempersiapkan saluran cerna agar siap menghadapi makanan besar. Setelah berbuka puasa, lakukan sholat magrib terlebih dahulu, baru kemudian makan “besar”.

Makan besar di sini dimaksudkan untuk mengonsumsi makan malam seperti biasa dalam jumlah yang cukup dan seimbang gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta air. Setelah sholat tarawih dapat dilanjutkan dengan makan snack sehat, misal buah-buahan, roti gandum, atau oat meal cookies.

Foto dok. Liputan6.com

dr. Rafi Andika Ferdian menambahkan,“Pada prinsipnya puasa hanya menggeser waktu makan saja, tidak ada yang berubah, yang penting seimbang dan cukup. Hindari makan makanan yang mengandung bumbu atau bahan yang merangsang agar tetap menjaga kondisi pencernaan selama berpuasa. Suplemen bisa ditambahkan sesuai anjuran dokter jika dirasa tidak cukup terpenuhi dari asupan makanan.”

 

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail : campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya