Perusahaan Sawit Diduga Serobot Lahan Transmigran Bengkulu

Marjono, seorang pemilik lahan mengatakan, tanah 400 hektare itu merupakan lahan jatah transmigran dan bersertifikat.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 25 Jun 2016, 10:59 WIB
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Bengkulu - Sebanyak 400 hektare tanah bersertifikat milik masyarakat Desa Rawa Indah, Kecamatan Ilir Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu diduga diserobot dan ditanami oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Agri Andalas.

Marjono, seorang pemilik lahan mengatakan, tanah 400 hektare itu merupakan lahan jatah transmigran dan bersertifikat. Pemiliknya sebanyak 200 kepala keluarga, namun sejak empat tahun terakhir tanah itu diklaim milik sebuah perkebunan kelapa sawit.

"Kami datang ke sini ikut program transmigrasi dari Pulau Jawa kami dipindahkan ke sini dan mendapat jatah beberapa hektare tanah beserta sertifikat yang dikeluarkan Badan Pertanahan Negara," ungkap Marjono saat dihubungi di Bengkulu, Jumat 24 Juni 2016.

Para transmigran itu mengaku datang pada akhir 1990. Saat itu belum ada perusahaan kelapa sawit. Lahan yang dibuka juga masih berupa hutan belantara dan ditanami palawija.

Baca Juga

Hal yang sama juga dikatakan warga lain, Andi Wijaya. Menurut Andi, ia bahkan dilarang mendekati kebunnya sendiri oleh perusahaan tersebut.

"Jika kami masuk kebun kami sendiri kami diancam akan ditangkap karena dianggap mencuri buah kelapa sawit, ini kan aneh, tanah kami bersertifikat tapi kami tak boleh memanfaatkannya," keluh Andi.

Ia bersama ratusan warga yang tanahnya diserobot perusahaan telah berkonsultasi dan melaporkan masalah ini pada pemerintah daerah, gubernur, hingga menteri sejak dua tahun lalu. Namun hingga kini persoalan itu tak kunjung selesai.

"Kami inginkan keadilan dari pemerintah, tanah kami bersertifikat, tapi diambil perusahaan," ucap Andi.

Sementara itu kabar ini dibantah PT Agri Andalas. Humas PT Agri Andalas, Sri Rejeki mengatakan, perusahaannya tak pernah bermasalah dengan masyarakat Desa Rawa Indah, Bengkulu.

"Enggak, perusahaan kami tak pernah bermasalah dengan masyarakat," ucap Sri Rejeki.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya